Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berpotensi terus melemah hingga ke level Rp15.600 per dolar AS sebagai imbas dari lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan mendorong The Fed bergerak lebih agresif.
Tingkat inflasi di AS pada Juni 2022 mencapai 9,1 persen secara tahunan, melebihi ekspektasi konsensus sebesar 8,8 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan kenaikan inflasi yang tinggi tersebut perlu diwaspadai, terutama dampaknya pada nilai tukar rupiah. Menurutnya, inflasi yang tinggi akan menciptakan tingkat suku bunga yang semakin meningkat atau lebih agresif oleh the Fed.
“Ini membuat dolar AS akan semakin perkasa bahkan terhadap euro dan mata uang dominan lainnya, apalagi terhadap nilai tukar rupiah,” katanya kepada bisnis, Kamis (14/7/2022).
Bhima memperkirakan, dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah akan bergejolak, sejalan dengan arus modal asing yang diperkirakan semakin deras keluar.
Menurutnya, nilai tukar rupiah akan berlanjut melemah dan mencapai kisaran Rp15.450–Rp15.600 per dolar AS pada kuartal III/2022, jika Bank Indonesia tidak segera melakukan penyesuaian suku bunga acuan.
Baca Juga
“Ini nanti bergantung pada respons BI. Apakah bank sentral akan melakukan langkah kenaikan suku bunga berapa basis poin,” kata dia.
Pada kesempatan berbeda, Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan ini, menyusul langkah The Fed yang bergerak agresif.
Menurutnya, nilai tukar rupiah berisiko mencapai level Rp15.500 per dolar AS jika BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen.
“Kami memperkirakan BI akan memilih menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, ketimbang menghadapi risiko tertinggal lebih jauh, yang akan mendorong rupiah menuju Rp15.500 per dolar AS,” kata dia.