Bisnis.com, JAKARTA — Produsen Kacang Garuda, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) memperkirakan margin profitabilitas perseroan pada semester II/2022 akan lebih baik setelah penyesuaian harga jual produk dilakukan secara bertahan dalam beberapa kuartal terakhir.
Head of Corporate Communication & Relations Garudafood Dian Astriana mengatakan perseroan cenderung berhati-hati dalam menerapkan kebijakan kenaikan harga produk. Persaingan di pasar dan perkembangan daya beli konsumen menjadi pertimbangan utama dalam menaikkan harga jual.
“Garudafood sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan penerapan kenaikan harga pada produk kami. Kenaikan harga kami rencanakan untuk dilakukan secara bertahap untuk produk-produk tertentu baik di kategori biskuit, snack, confectionery dan dairy agar tidak terlalu membebankan konsumen yang ikut terdampak kenaikan inflasi,” kata Dian kepada Bisnis, Rabu (13/7/2022).
Meski tidak mengungkapkan besaran kenaikan harga jual, Dian menjelaskan bahwa Garudafood mempertimbangkan dengan cermat sejumlah faktor. Di antaranya adalah kompetisi produk di pasar, keterjangkauan konsumen pada produk, dan kualitas barang yang dijaga.
“Dan yang terpenting juga menjaga tingkat profitabilitas perusahaan sebagai tanggung jawab kami kepada pemegang saham. Harapannya melalui serangkaian strategi dan langkah mitigasi yang kami lakukan, kami mampu memperbaiki [kinerja] laba kami di semester II/2022 ini,” katanya.
GOOD meraup penjualan sebesar Rp2,77 triliun sepanjang kuartal I/2022, naik 22,2 persen YoY dibandingkan dengan kuartal I/2021 sebesar Rp2,27 triliun. Namun, laba bersih Garudafood mengalami penurunan imbas dari membengkaknya biaya komponen produksi.
Baca Juga
Pertumbuhan penjualan Garudafood ditopang oleh kategori makanan yang memberikan kontribusi sebesar 88,8 persen dari seluruh porsi penjualan dan naik sebesar 22 persen YoY dari Rp2,02 triliun menjadi Rp2,46 triliun. Sementara itu, kategori minuman meningkat 23,3 persen YoY menjadi Rp310,30 miliar pada kuartal I/2022.
Meski penjualan meningkat, laba bersih Perseroan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 24 persen YoY, dari Rp122,73 miliar pada kuartal I/2021 menjadi Rp93,67 miliar. Hal ini membuat margin profitabilitas Garudafood turun dari 5,40 persen pada kuartal I/2021 menjadi 3,35 persen.
Manajemen Garudafood sebelumnya menjelaskan penurunan laba dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku serta bahan kemas. Kenaikan harga komponen produksi ini tak lepas dari pengaruh pandemi berkepanjangan yang memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.
Hal tersebut makin diperburuk dengan krisis Rusia dan Ukraina yang menimbulkan dampak multiplier yang sangat luas. Laporan keuangan GOOD memperlihatkankan beban pokok bahan baku mencapai Rp1,26 triliun, 28,13 persen lebih tinggi daripada posisi kuartal I/2021 sebesar Rp985,65 miliar.