Bisnis.com, JAKARTA – Krisis energi akibat perang Ukraina dan Rusia diperkirakan masih akan membawa harga batu bara melangit sepanjang 2022. Perubahan sejumlah aturan di dalam negeri juga diperkirakan akan menambah keuntungan bagi perusahaan pemain batu bara.
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan saat ini terdapat banyak perubahan segi peraturan dari industri batu bara di Indonesia. Pertama dari sisi obligasi pasar domestik (DMO) yang sekarang menggunakan harga pasar US$70.
Juan mengatakan hal itu akan berdampak positif dengan pemain batu bara yang memiliki porsi pasar domestik yang besar.
“Pada saat pembayaran tarif, dari saham yang kami pantau, ADRO dan PTBA akan lebih diuntungkan dibandingkan dengan perusahaan lainnya, karena dari sisi sales volumenya lebih besar di domestik. Volume produksi ADRO dan PTBA juga naik masing-masing 12 persen ke 58 juta ton dan 21 persen ke 36 juta ton yoy. Sementara ITMG hanya memproyeksikan pertumbuhan tipis 1,6 persen ke 19 juta ton secara yoy pada 2022,” jelasnya dalam paparan secara virtual, Selasa (12/7/2022).
Perubahan kebijakan tersebut akan menjadi katalis positif untuk emiten batu bara yang pendapatannya akan mengalami kenaikan signifikan pada tahun ini.
Selanjutnya ada sejumlah peraturan baru mulai dari perpanjangan dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKB2B) akan menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), ada pula beberapa tambahan royalti yang berubah menjadi progresif, dan penurunan effective tax rate, serta adanya skema profit sharing dengan pemerintah di mana 10 persen dari net profit akan diturunkan untuk pendapatan pemerintah.
Baca Juga
“Perubahan ini akan berpengaruh paling cepat pada Adaro karena kontrak PKB2B-nya akan berakhir Oktober 2022 jadi peraturan ini akan mulai efektif pada 2023 untuk pengenaannya,” ujar Juan.
Dampaknya sendiri, meliat beberapa skenario saat harga batu bara di harga US$60 – US$300 per ton. Ketika harga batu bara di atas level US$300, net profit masih akan mengalami peningkatan dibandingkan antara peraturan baru dan lama.
“Peraturan ini akan menurunkan net profit Adaro bila harga batu bara di level US$80 – US$120. Jadi paling menarik pada saat harga batu bara rendah di level US$60-US$70, peraturan baru akan menghasilkan net profit lebih besar karena dari segi penurunan dari tax rate ini bisa menguntungkan karena royalty rate tidak naik terlalu besar,” ungkapnya.
Batu bara masih akan menarik sampai semester II/2022, sejumlah negara Eropa akan mencari cara amendapatkan pasokan batu bara dan sebenarnya pemain mengantisipasi cukup baik. Oleh karena itu, pada semester kedua akan ada potensi peningkatan RKAB, akan menjadi sentimen positif untuk pemain upstream batu bara.
“Kami merekomendasikan ADRO melihat produksinya meningkat, selain itu, market juga menyukai rencana Adaro untuk diversifikasi ke bisnis bauksit dan tambang lain,” terangnya.