Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Melejit 1,53 Persen di Sesi I, Saham HRUM, ADRO & ITMG Memanas

Tercatat, 382 saham menguat, 154 saham melemah dan 140 saham bergerak stagnan pada akhir sesi I IHSG siang ini.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (5/7/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB IHSG terpantau pada posisi 6.740,56, atau naik 1,53 persen. Sepanjang sesi pertama IHSG bergerak pada rentang 6.650,39 - 6.750,44.

Tercatat, 382 saham menguat, 154 saham melemah dan 140 saham bergerak stagnan. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp8.868,44triliun.

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) terpantau menjadi saham dengan kenaikan terbesar sejauh ini setelah menguat 33,63 persen ke Rp151.

Saham lain yang terpantau melemah adalah adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang menguat 9,42 persen ke Rp1.510, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang naik 7,65 persen ke level Rp32.350 serta PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan penguatan 5,42 persen ke Rp2.920.

Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakaria Siregar mengatakan, secara teknikal indeks berpeluang mengalami penurunan terbatas dari support low di level 6.509 dan kondisi oversold.

Secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG berpotensi rebound meskipun volatilitas masih tinggi, dan akan bermain pada rentang 6.580-6.840

Dari sentimen global, Nico menjelaskan, JPMorgan Chase & Co. dan Deutsch Bank AG menilai pasar negara berkembang berada di posisi yang lebih baik tatkala Amerika mengalami resesi, dan bukan tidak mungkin justru akan memikat investor untuk datang berinvestasi di emerging market.

“Kekhawatiran akan resesi yang terjadi, akan mendorong investor melepas asset dan beralih kepada tempat yang jauh lebih menarik,” jelas dia dalam riset harian, Selasa (5/6/2022).

Menurutnya, di luar dari turbulensi yang terjadi saat ini, emerging market lebih ditopang oleh valuasi yang murah, return yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih cepat, dan yang terpenting adalah kebangkitan China berpeluang membantu Asia menjadi lebih kokoh lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper