Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas stabil seiring dengan kondisi investor yang tengah mempertimbangkan kemungkinan penghapusan beberapa tarif AS pada barang-barang konsumen China.
Pelonggaran perdagangan kedua negara akan dapat membantu meredakan inflasi. Presiden Joe Biden mungkin mengumumkan pembatalan beberapa pungutan minggu depan, menurut orang-orang yang akrab dengan pertimbangan itu. Namun, rencana tersebut bisa molor dan keputusan akhirnya belum dibuat.
Kebijakan AS ini akan menandai langkah kebijakan besar pertama Biden tentang hubungan perdagangan dengan China dan tampaknya ditujukan untuk mengendalikan inflasi, yang telah mendorong kenaikan suku bunga yang tajam dan meredam daya tarik emas tanpa bunga.
Wakil Perdana Menteri China Liu He pun telah membahas tarif AS dalam panggilan telepon dengan Menteri Keuangan Janet Yellen.
Harga emas telah jatuh selama tiga bulan terakhir karena kenaikan suku bunga, tetapi berhasil bertahan di atas US$1.800 per ounce di tengah kekhawatiran resesi yang dapat meningkatkan daya tarik surga.
Namun, harga telah membentuk apa yang disebut pola death cross, ketika rata-rata pergerakan 50 hari turun di bawah pasangan 200 hari. Ini merupakan sinyal bearish bagi beberapa pedagang.
Risalah pertemuan terbaru Federal Reserve yang dijadwalkan Rabu (6/7/2022) akan diuraikan untuk memberikan petunjuk tentang jalur pengetatan bank sentral dan apakah kemungkinan Fed Fund Rate akan naik 50 atau 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli 2022.
Harga spot emas tercatat turun 0,1 persen menjadi US$1,806,89 per ounce pada sore ini, 15:31 waktu Singapura. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,3 persen, sementara perak dan paladium sedikit berubah, dan platinum alami penurunan.