Bisnis.com, JAKARTA - Direksi PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) memperkirakan kenaikan inflasi dapat menguntungkan perseroan di lini Mitra Bukalapak. Analis memandang proyeksi manajemen BUKA tersebut cukup masuk akal.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menuturkan, pandangan direksi Bukalapak mengenai efek downtrading konsumen akibat inflasi secara teori masuk akal.
"Saya percaya [downtrading] juga. Tetapi, akan tergantung pendapatan masyarakat dan daya beli," kata Niko, dihubungi Senin (4/7/2022).
Meski demikian, Niko belum dapat memastikan sejauh apa peningkatan inflasi dapat menguntungkan kinerja Bukalapak hingga akhir tahun 2022.
Menurutnya, proyeksi manajemen emiten berkode saham BUKA ini bergantung pada dampak inflasi yang akan mempengaruhi segmen menengah ke bawah.
"Tergantung seberapa banyak inflasi akan mempengaruhi segmen menengah ke bawah. Sulit untuk dikatakan sekarang," ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan, dampak suku bunga The Fed berada di luar kendali perseroan. Namun, lanjutnya, berbeda dengan perusahaan teknologi di dunia dan regional, BUKA saat ini memiliki kas yang cukup besar sehingga kenaikan suku bunga akan menjadi peningkatan terhadap pendapatan bunga perusahaan.
"Dapat dilihat EBITDA yang disesuaikan minus Rp320 miliar, tapi cash burn di sekitar Rp200 miliar. Artinya terdapat support dari pendapatan income di atas Rp100 miliar, di mana kenaikan bunga akan berimbas ke interest income perseroan," ujar Teddy dalam paparan publik Bukalapak, Rabu (29/6/2022).
Selain itu, lanjutnya, peningkatan inflasi juga membawa dampak positif bagi emiten berkode saham BUKA ini. Teddy menjelaskan, apabila inflasi terjadi, maka akan terjadi downtrading dalam belanja konsumen.
"Terdapat konsumen yang pindah beli shampo per botol menjadi per sachet. Hal ini akan menjadi katalis positif bagi warung, karena sebagian besar penjualan mereka adalah volume kecil," tuturnya.
Bank Indonesia (BI) mematok perkiraan inflasi pada kisaran 2-4 persen. Namun, inflasi pada tahun ini diperkirakan akan melebihi patokan bank sentral. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan inflasi akan mencapai 4,5 persen pada tahun ini.