Bisnis.com, JAKARTA — Emiten BUMN PT Timah Tbk. (TINS) masih berpeluang meningkatkan kinerja dengan sejumlah katalis yang dapat mendongkrak pergerakan sahamnya.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menjelaskan, TINS memiliki outlook positif didukung oleh beberapa hal.
“Kami masih mempertahankan outlook positif untuk TINS didukung oleh [average selling price/harga jual rata-rata] ASP timah yang masih tinggi, penerapan deleveraging strategy yang secara konsisten dilakukan oleh perseroan,” ujar Felix dalam risetnya, dikutip Selasa (28/6/2022).
Selain itu, sejumlah katalis lain yang dapat memberikan dampak positif bagi TINS yaitu Ausmelt Furnace yang mulai beroperasi pertengahan tahun ini, serta penambahan kapal isap yang dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Panin Sekuritas merekomendasikan beli saham TINS dengan target harga Rp2.100 menggunakan metode valuasi +1x std PB band 5 tahun.
Sebagai informasi, TINS tercatat memperoleh pendapatan yang meningkat pada kuartal I/2022 menjadi Rp4,3 triliun, naik 79,6 persen secara tahunan didominasi oleh penjualan timah yang menyumbang 81,3 persen dari total pendapatan senilai Rp3,5 triliun.
Baca Juga
Pencapaian tersebut menurut Felix, melebihi estimasi sekuritas dan konsensus masing-masing sebesar 24,4 persen dan 26,2 persen.
Dari segi sumber daya, TINS memiliki potensi mineral tanah jarang mencapai 23.000 ton yang membutuhkan kesiapan teknologi, sehingga perseroan saat ini sedang menjalankan feasibility study untuk pengolahan mineral di bawah 4.000 ton per tahun yang diperkirakan akan selesai tahun depan.
Logam tanah jarang memiliki prospek permintaan yang cerah, karena menjadi bahan baku komponen elektronik, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dan industri pertahanan.
Sementara itu, Smelter Ausmelt Furnace dengan kapasitas 40.000 ton juga ditargetkan beroperasi pertengahan tahun ini. Smelter tersebut memiliki tingkat utilisasi 50 persen pada tahun pertama.
Di sisi lain, Direktur Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Nursalam menyebutkan harga timah Indonesia akan kembali naik karena beberapa faktor, seperti rencana pelarangan ekspor timah oleh pemerintah.
“Naik turun harga dalam pasar adalah hal yang wajar. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana harga komoditi unggulan Indonesia tersebut tetap menjadi referensi perdagangan komoditi tersebut di pasar global,” ujar Nursalam dalam keterangan resmi, dikutip Selasa, (28/6/2022).
Lebih lanjut, adanya potensi penurunan kasus Covid-19 di China yang dapat melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat diharapkan dapat turut memicu kenaikan harga timah di pasar global.
Sementara itu, TINS terpantau memperoleh peringkat idA dengan prospek stabil oleh PEFINDO.
Dalam keterangan resmi, PEFINDO memaparkan bahwa peringkat TINS tersebut mencerminkan posisi pasarnya yang kuat, kegiatan operasional yang terintegrasi secara vertikal, serta proteksi arus kas dan likuiditas yang juga kuat.
“Peringkat dibatasi oleh kebijakan keuangan yang moderat dan eksposur perusahaan terhadap volatilitas harga timah,” tulis PEFINDO.
Adapun perubahan regulasi yang tidak menguntungkan seperti diberlakukannya larangan ekspor ingot yang baru-baru ini direncanakan pemerintah dapat berpotensi melemahkan arus kas dan profil kredit TINS, mengingat pasar ekspor akan tetap mendominasi pendapatan perusahaan.