Bisnis.com, JAKARTA — Rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan target produksi batu bara pada rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB perusahaan yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) pada pertengahan tahun ini bisa menjadi angin segar bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terutama saham-saham berbasis energi.
Langkah itu menaikkan target produksi diambil seiring dengan meningkatnya permintaan komoditas emas hitam itu dari sebagian negara Eropa dan India di tengah disrupsi pasokan energi global yang masih berlanjut.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan Jerman secara resmi sudah mengajukan permintaan batu bara dengan volume mencapai 150 juta ton pada tahun ini. Sementara sebagian negara lain masih menunggu proses pengajuan resmi yang diprediksi ikut menaikkan target produksi tambang hingga akhir tahun.
“Nanti kita akan tambahkan produksinya di RKAB, belum ada angkanya tapi gambaran permintaanya sudah 150 juta [ton], itu yang bicara angka Jerman kalau yang saya tahu,” kata Ridwan saat ditemui selepas acara Pengarahan Kepada Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati/Penjabat Walikota di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kamis (16/6/2022).
Ridwan memastikan kapasitas produksi di dalam negeri relatif stabil hingga akhir tahun seiring dengan permintaan yang signifikan dari sejumlah negara non tradisional. Menurut dia, cadangan batu bara dari sejumlah perusahaan seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terbilang cukup besar untuk memenuhi permintaan baru tersebut.
“Hal ini tentunya disambut gembira oleh emiten tambang batu bara karena berpotensi meningkatkan kinerja keuangannya. Kenaikan target produksi tentunya mendorong volume penjualan,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (17/6/2022).
Baca Juga
Dampak positif ini utamanya akan dirasakan emiten-emiten dengan porsi ekspor yang tinggi, seiring dengan kenaikan harga rata-rata rata-rata batu bara global yang. Batu bara telah menjadi komoditas energi alternatif di tengah naiknya harga minyak dunia akibat krisis Rusia-Ukraina.
Nico juga mengemukakan kenaikan target produksi bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG, mengingat minat investasi pada komoditas sedang tinggi.
“Dengan rencana kenaikan target produksi seiring dengan permintaan Jerman untuk pasokan 150 juta ton batu bara, ini menjadi katalis positif terhadap kenaikan kinerja saham emiten tambang yang turut mendorong kenaikan IHSG,” kata dia.
Sebagaimana diwartakan Bisnis, harga batu bara memanas seiring dengan rencana Jerman menambah permintaan dari Indonesia sejumlah 150 juta ton. Harga batu bara di Bursa ICE Newcastle pada Jumat (17/6/2022) menunjukan harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 kembali mengalami penguatan setelah naik 0,41 persen ke posisi US$346,4 per ton.
Dalam tiga bulan terakhir harga batu bara terus mengalami kenaikan sebesar 51,17 persen dari perdagangan Maret 2022 di posisi US$198,30 per ton. Sentimen harga batu bara di Bursa ICE Newcastle masih relatif kuat hingga pertengahan tahun ini dengan kenaikan harga komoditas itu mencapai 280,87 persen secara tahunan.