Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Crypto Crash Bikin Panik! Bitcoin Merosot ke Bawah US$25.000

Bitcoin sempat jatuh sebanyak 9 persen menjadi di bawah level US$25.000, terendah sejak Desember 2020.
Ilustrasi Bitcoin/Bloomberg
Ilustrasi Bitcoin/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin jatuh ke level terendah dalam 18 bulan pada perdagangan Asia, Senin (13/6/2022) akibat kejutan data inflasi Amerika Serikat yang mengguncang aset berisiko global.

Mengutip Bloomberg, Senin (13/6/2022), token digital terbesar di dunia itu jatuh sebanyak 9 persen menjadi di bawah level US$25.000, terendah sejak Desember 2020. Cryptocurrency lainnya juga merosot karena aksi jual yang lebih luas berlanjut.

Investor kripto meningkatkan taruhan untuk langkah pengetatan Federal Reserve yang lebih agresif setelah data Jumat menunjukkan inflasi AS melonjak ke level tertinggi baru 40 tahun pada Mei 2022. Itu memicu aksi jual aset berisiko termasuk cryptocurrency dan saham.

Adapun pasar saham merosot lebih dari 2 persen di seluruh pasar Asia pada awal perdagangan hari ini. Saham teknologi di Hong Kong turun lebih dari 2,7 persen, membebani indeks Hang Seng yang lebih luas.

Kontrak berjangka AS turun, dengan kontrak Nasdaq 100 ambruk 2 persen dan kontrak S&P 500 tergelincir 1,6 persen. Pelemahan terjadi setelah penurunan tajam di Wall Street yang berkontribusi pada penurunan terburuk dalam saham global pekan lalu sejak Oktober 2020.

Yen Jepang melemah ke level psikologis utama 135 per dolar, menempatkan level terendah 24 tahun yang di depan mata, karena kebijakan moneter mudah (easy monetary) Jepang semakin bertentangan dengan rekan-rekan pasar maju yang menaikkan suku bunga.

Imbal hasil obligasi AS melonjak melintasi kurva, dipimpin oleh jatuh tempo yang lebih pendek, dengan dua tahun naik sembilan basis poin ke level tertinggi sejak 2007.

Imbal hasil pada obligasi AS tenor 30 tahun berada di bawah surat utang tenor lima tahun, menunjukkan kekhawatiran bahwa suku bunga Fed yang tajam atau kenaikan suku bunga akan memicu pendaratan ekonomi yang sulit. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper