Bisnis.com, JAKARTA – Harga gas alam di AS melemah akibat kebakaran pada salah satu terminal ekspor di negara bagian Texas. Insiden tersebut mengancam ketersediaan pasokan bahan bakar domestik AS di tengah melonjaknya permintaan dari luar negeri.
Dikutip dari Bloomberg pada Kamis (9/6/2022), harga gas alam berjangka AS turun 6,1 persen ke level US$8,169 per million British unit (mmbtu) setelah anjlok 6,4 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.
Koreksi tersebut juga mematahkan reli yang sempat membawa harga gas alam ke lebel tertinggi dalam 13 tahun. Adapun, secara year to date, harga gas alam telah menguat lebih dari 2 kali lipat seiring dengan cadangan gas AS yang berada di bawah level normal.
Salah satu terminal LNG milik Freeport di Quintana, Texas, berhenti beroperasi setelah terjadinya ledakan pada 11.40 pagi waktu setempat. Juru Bicara Freeport Heather Browne mengatakan terminal tersebut akan ditutup selama setidaknya 3 pekan.
Freeport juga menyebutkan tidak ada korban jiwa pada insiden tersebut ataupun risiko yang membayangi penduduk di sekitar terminal ekspor tersebut. Perusahaan juga telah memulai investigasi atas kejadian tersebut.
Terminal Freeport tersebut merupakan salah satu dari 7 terminal ekspor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) di AS. Gas yang diterima di terminal tersebut dialirkan melalui pipa-pipa dan dialihkan menjadi bentuk cair untuk kemudian dimasukkan ke truk tangki.
Baca Juga
Selama beberapa tahun belakangan AS mulai muncul sebagai salah satu eksportir LNG, bersaing dengan Qatar dan Australia yang merupakan eksportir LNG nomor 1 di dunia.
Freeport menerima sekitar 2 miliar kubik per kaki gas setiap harinya, atau mencakup 16 persen dari total kapasitas ekspor LNG AS.
Ledakan di terminal tersebut berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap pasokan LNG global di tengah naiknya permintaan di Eropa akibat konflik Rusia-Ukraina.
John Kilduff, Partner di Again Capital, New York mengatakan insiden ini akan mengurangi ekspor dan sedikit memulihkan pasokan gas alam AS secara domestik.
“Konsumen di AS akan merasakan dampak positif dari penurunan harga. DI sisi lain, konsumen di Eropa dan Asia akan membayar harga yang lebih mahal,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.