Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham Amazon.com Inc. (AMZN) yang baru usai pemecahan nilai saham atau stock split mulai efektif diperdagangkan per 6 Juni 2022. Kini saham raksasa e-commerce tersebut lebih terjangkau bagi investor ritel.
Mengutip Bloomberg, Selasa (7/6/2022), saham Amazon di Bursa Efek New York naik 2 persen ke level US$124,79 pada penutupan perdagangan Senin (6/6/2022), tetapi saham perseroan masih turun hampir 10 persen sejak mengumumkan rencana stock split pada Maret 2022.
Aksi stock split ini akan memudahkan Amazon masuk menjadi konstituen Dow Jones Industrial Average, yang ditimbang berdasarkan harga saham.
“Pemecahan saham umumnya merupakan tanda optimisme. Sangat sedikit perusahaan yang mendivestasikan saham mereka karena khawatir akan penurunan. Ini adalah contoh yang tercermin di seluruh pasar,” kata Mark Lehmann, CEO JMP Group.
Sebagai catatan, stock split tidak mengubah nilai pasar sebuah perusahaan ataupun nilai investasi pemegang saham perusahaan yang didirikan Jeff Bezos ini. Ibaratnya, memotong kue menjadi 20 bagian bukan berarti menciptakan kue yang baru.
Namun, stock split bisa bikin senang investor yang belum memiliki saham Amazon. Bayangkan saja sebelum stock split dengan rasio 20:1, harga saham Amazon diperdagangkan di level US$2.400, dan sekarang menjadi sekitar US$120 per saham.
Baca Juga
Lalu, apakah sesuatu yang lebih banyak berarti lebih baik?
Pada podcast Motley Fool Money berjudul Amazon’s Big Split, The Future of Work yang disiarkan 12 Maret 2022, Director of U.S. Investing The Motley Fool, Ron Gross berpendapat, Amazon tanpa merubah underlying bisnis saat ini telah menemukan cara untuk memperkuat hubungan dengan pemegang saham mereka, termasuk karyawan.
Artinya ketika suatu saat Amazon ingin membagi-bagikan saham untuk karyawan (management employee stock option/MESOP), maka saham itu berpeluang diminati pegawainya lantaran harganya sudah terjangkau.
Kendati demikian, gerak saham Amazon juga memiliki risiko ke depan mengingat kinerja fundamental perseroan yang bergerak di bisnis ritel saat inflasi di AS lagi tinggi-tingginya.
Motley Fool Stock Advisor mencatat biaya transportasi yang lebih tinggi, upah yang lebih tinggi, dan bahkan harga utilitas yang lebih tinggi untuk mengoperasikan pusat data Amazon Web Services (AWS) memberi tekanan pada pendapatan kuartal pertama Amazon. Amazon mengatakan biaya pengiriman kontainer secara internasional meningkat lebih dari dua kali lipat dari tingkat sebelum pandemi.
Pada saat yang sama, Amazon mengatakan berpegang teguh pada komitmennya untuk "harga kompetitif rendah." Jadi Amazon tidak bisa begitu saja membebankan semua biaya tambahan kepada konsumen. Hal ini positif karena akan membuat pelanggan datang kembali. Tapi itu juga berarti pendapatan Amazon mungkin terus menurun dalam waktu dekat.
CFO Amazon Brian Olsavsky sebelumya memperkirakan pada pemaparan pendapatan kuartal I/2022 bahwa biaya yang lebih tinggi akan bertahan sedikit lebih lama dari yang perseroan harapkan pada awal tahun ini.