Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis: Kinerja Saham GOTO Lebih Baik Dibanding Saham Emiten Teknologi Lain

Koreksi saham-saham berbasis teknologi menjadi hal wajar, namun penurunan saham GoTo dilihat paling rendah dibandingkan saham-saham teknologi sejenis di dunia
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Analis pasar modal Fendi Susiyanto melihat sejak melakukan IPO, kinerja saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) paling solid dibandingkan saham-saham teknologi di dunia.

Hal tersebut berdasarkan data transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di bursa saham global, selama periode 11 April 2022-24 Mei 2022, saham GoTo terkoreksi 10,65 persen. Dalam periode sama, saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) anjlok 14,63 persen.

Di bursa global, kata Fendi, berdasarkan data, sejak GoTo IPO pada 11 April - 23 Mei 2022 waktu setempat, saham Grab Holdings Limited (GRAB) turun -19,94 persen. Sementara Alibaba Group Holding Limited (BABA) melemah 15,74 persen.

Hal sama juga terjadi pada Saham Alphabet Inc., atau sebelumnya menggunakan nama Google (GOOG), terkoreksi -16,67 persen, lalu Apple Inc. (AAPL) turun -15,86 persen, begitu juga Uber Technologies Inc. (UBER) anjlok -25,80 persen.

Berikutnya saham Amazon.com, Inc. (AMZN) jeblok -30,37 persen. Mercado Libre, Inc. (MELI) marketplace asal Argentina yang listing di Nasdaq melemah -33,30 persen. Tesla, Inc. (TSLA) terkoreksi -34,19 persen dan Netflix, Inc. (NFLX) turun 47,33 persen.

Menurut Fendi, koreksi yang terjadi pada saham-saham berbasis teknologi merupakan sesuatu yang wajar. Penurunan saham GoTo yang paling rendah di antara saham-saham teknologi lainnya menggambarkan bahwa kepercayaan investor terhadap saham ini tetap tinggi.

"Saham GoTo memiliki daya tarik tersendiri bagi investor yang memang fokus pada saham-saham berbasis teknologi. Koreksi yang rendah membuktikan bahwa GoTo memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap berbagai isu yang menghantam sektor teknologi dalam beberapa waktu terakhir ini," kata Fendi di Jakarta, Rabu (25/5).

Lebih lanjut Fendi melihat GoTo memiliki ekosistem bisnis digital terbesar di Indonesia yang diuntungkan situasi perekonomian domestik yang tumbuh positif. Integrasi dan optimalisasi bisnis antar platform dalam ekosistem GoTo akan mengerek pendapatan dan mendorong penguatan fundamental emiten ini.

"Kuatnya bisnis GoTo tercermin dari tingginya ketergantungan konsumen terhadap tiga layanan kebutuhan sehari-hari, apakah itu lewat Gojek, belanja di Tokopedia ataupun jasa keuangan yaitu Gopay. Inilah yang menjadi daya tarik investor terhadap GoTo, model bisnisnya solid dan saling melengkapi ditengah populasi yang sangat besar," ujarnya.

Ekosistem yang besar dan dominan itulah, kata Fendi yang membuat banyak korporasi bahkan BUMN, seperti Telkomsel ikut menjadi investor  jangka panjang dari gergasi ini.

“Investasi Telkom melalui Telkomsel di GoTo karena banyak potensi bisnis yang bisa disinergikan dengan ekosistem digital. Secara operasional, ekosistem GoTo membutuhkan dukungan bisnis dari Telkom dan Telkomsel sebagai pemain utama industri telekomunikasi Indonesia," kata Fendi.

Jadi, lanjut Fendi, jika ada kontroversi terhadap investasi Telkomsel di GoTo sebaiknya juga melihat proses dan tujuan investasinya. Baginya, Telkom memiliki komite investasi yang memiliki standar dan penilaian tersendiri ketika mengambil keputusan investasi dan selama saham GoTo tidak dijual dalam posisi rugi, sesungguhnya tidak ada kerugian negara.

Fendi melihat selama bisnis proses sudah dijalani sesuai dengan SOP dan saham GoTo masih dimiliki oleh Telkom, ini investasi biasa saja seperti investasi yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Astra misalnya. 

Sejak IPO pada 11 April lalu, saham GoTo selalu menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan di BEI. Sebagai contoh, berdasarkan data transaksi di bursa saham, selama periode 17 – 20 Mei 2022, GoTo menjadi saham yang paling tinggi kenaikannya, yaitu 56,7 persen dengan nilai transaksi lebih dari Rp5,01 triliun. 

Pada periode tersebut, nilai transaksi atas saham GoTo juga menjadi yang tertinggi, di atas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia Tbk (persero) (TLKM) dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Kemarin (24/5), transaksi atas saham GoTo juga masih yang terbesar mencapai senilai Rp 1,28 triliun dengan volume saham yang ditransaksikan sebanyak 4.230 miliar saham yang setara dengan 24,32 persen perdagangan saham di BEI pada hari itu.

Fendi merasa tingginya volume dan frekuensi transaksi atas saham GoTo menjadi indikasi bahwa saham ini likuid dan itu menjadi daya tarik investor. Namun, dirinya mengingatkan investasi di saham teknologi bukanlah jangka pendek, karena bisnis teknologi memiliki karakter yang berbeda dengan bisnis lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Editor : Wahyu Arifin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper