Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak ditutup melonjak pada akhir perdagangan Jumat (13/5/2022)m didorong oleh harga bensin Amerika Serikat (AS) yang melonjak ke rekor tertinggi.
Sementara itu, China tampak siap untuk melonggarkan pembatasan pandemi dan investor khawatir pasokan akan mengetat jika Uni Eropa melarang minyak Rusia.
Dilansir Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman pada bulan Juli meningkat US$4,10 atau 3,8 persen ke level US$111,55 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman pada bulan Juni naik 4,36 poin atau 4,1 persen ke US$110,49 per barel.
Itu adalah penutupan tertinggi untuk WTI sejak 25 Maret sekaligus kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Sementara itu, Brent mencatat penurunan mingguan untuk pertama kalinya dalam 3 minggu.
Bensin berjangka AS melonjak ke level tertinggi sepanjang masa setelah stok turun minggu lalu selama 6 minggu berturut-turut. Itu mendorong ukuran margin keuntungan pemurnian ke level tertinggi sejak mencapai rekor pada bulan April 2020 ketika WTI berakhir di wilayah negatif.
"Belum ada peningkatan penyimpanan bensin (AS) sejak Maret," kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho, dikutip Antara, Sabtu (14/5/2022).
Baca Juga
Robert memperkirakan permintaan bensin siap melonjak ketika musim mengemudi musim panas mulai pada liburan akhir pekan Memorial Day AS.
Klub mobil AAA mengatakan bahwa harga bensin AS di SPBU naik ke rekor tertinggi pada hari Jumat (13/5) di 4,43 dolar AS per galon untuk bensin dan 5,56 dolar AS untuk diesel.
Harga minyak telah bergejolak, didukung oleh kekhawatiran kemungkinan larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia dapat memperketat pasokan. Akan tetapi, ditekan oleh kekhawatiran bahwa pandemi Covid-19 yang bangkit kembali dapat memangkas permintaan global.
"Embargo Uni Eropa, jika diberlakukan sepenuhnya, dapat membuat sekitar 3 juta barel per hari (barel per hari) minyak Rusia offline, yang akan benar-benar mengganggu, dan pada akhirnya menggeser arus perdagangan global, memicu kepanikan pasar dan volatilitas harga yang ekstrem," kata analis Rystad Energy Louise Dickson.
Pekan ini, Moskow menjatuhkan sanksi pada beberapa perusahaan energi Eropa menyebabkan kekhawatiran tentang pasokan.
Di China, pihak berwenang berjanji untuk mendukung ekonomi dan pejabat kota mengatakan bahwa Shanghai akan mulai melonggarkan pembatasan lalu lintas dan membuka toko pada bulan ini.
"Harga minyak mentah reli di tengah optimisme bahwa situasi Covid-19 China tidak memburuk dan karena aset-aset berisiko rebound," kata analis senior OANDA Edward Moya.