Bisnis.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA operasional sebesar US$755 juta pada kuartal I/2022.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan, emiten dengan kode saham ADRO ini juga berhasil mempertahankan marjin EBITDA operasional yang kuat sebesar 62 persen.
Penjualan batu bara pada kuartal I/2022 turun 3 persen year-on-year (yoy) menjadi 12,20 juta ton sementara produksi batu bara turun 6 persen y-o-y menjadi 12,15 juta ton, karena hujan lebat mempengaruhi aktivitas penambangan pada kuartal tersebut.
Kendati demikian, pendapatan usaha bersih perusahaan tercatat masih mampu melambung 77 persen ke US$1,22 miliar pada kuartal I/2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya US$692 juta.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, mengatakan, perusahaan tetap mengutamakan efisiensi dan keunggulan operasional agar senantiasa menjadi mitra yang dapat diandalkan para pelanggan maupun pemangku kepentingan lainnya.
“Kenaikan harga batu bara di kuartal ini, ditambah dengan keunggulan operasional perusahaan, membawa keuntungan bagi Adaro, sehingga kami dapat mencatat profitabilitas yang tinggi pada kuartal I/2022,” ungkap Garibaldi dalam keterangan pers, dikutip Jumat (29/4/2022).
Baca Juga
ADRO membukukan Ebitda operasional US$755 juta dan laba inti untuk periode ini mencapai US$484 juta, atau naik 341 persen y-o-y. Laba inti tidak termasuk komponen non operasional setelah pajak sehingga mencerminkan kinerja tanpa efek akuntansi.
“Kami akan terus berfokus pada keunggulan operasional dan berdisiplin dalam hal biaya maupun penggunaan modal,” imbuhnya.
Selain itu, ADRO juga menghasilkan US$352 juta arus kas bebas pada kuartal I/2022, atau naik 237 persen y-o-y. Perusahaan tetap dalam posisi kas bersih pada kuartal I/2022.