Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Adu Dominasi Emiten Media hingga Prospek Cerah Bisnis AKRA

Berita tentang adu kuat emiten media dalam mempertahankan dominasi mereka menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Keluarga menonton televisi. - istimewa
Keluarga menonton televisi. - istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Hary Tanosoedibjo dan Eddy K. Sariaatmadja adalah dua konglomerat Indonesia yang sama-sama memiliki bisnis media. Prospek dari kedua emiten tersebut masih menarik seiring dengan pergeseran layanan digital konten.

Berita tentang adu kuat emiten media dalam mempertahankan dominasi mereka menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (18/4/2022):

1. Adu Kuat Emiten Media Pertahankan Dominasi

Hary Tanosoedibjo dan Eddy K. Sariaatmadja adalah dua konglomerat Indonesia yang sama-sama memiliki bisnis media. Prospek dari kedua emiten tersebut masih menarik seiring dengan pergeseran layanan digital konten.

Tidak hanya bermodal dua nama orang terkaya Indonesia sebagai nahkoda, Grup Emtek dan Grup MNC, dalam hal ini PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) disebut-sebut menjadi konglomerasi yang memimpin pasar di sektor media. Merekapun nampaknya semakin memperkokoh posisi tersebut.

Bagaimana tidak, berdasarkan riset Nielsen, porsi pemirsa secara rerata pada Agustus 2021 untuk semua slot waktu tayangan mencapai 44,8 persen dikuasai oleh MNCN dan 27,6 persen dikuasai oleh SCMA. Kedua emiten tersebut mewakili urutan dua teratas.

Belum lama ini, Grup Emtek dan Grup MNC juga sama-sama kedatangan sentimen positif bagi kinerja keuangan dan saham perseroan. Grup Emtek (EMTK) telah memenangkan grup siar Piala Dunia 2022. Mereka menyiapkan 7 platform untuk menayangkan seluruh laga Piala Dunia. Adapun, beberapa di antaranya berada di bawah pengelolaan PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) yang merupakan anak usaha Emtek.

2. Babak Baru Royalti Batu Bara dan Akhir Rezim Kontrak Tambang

Melonjaknya harga batu bara di pasar global sejak akhir tahun lalu menjadi momentum bagi pemerintah untuk menata kembali tarif pungutan royalti untuk komoditas emas hitam itu.

Melalui Peraturan Pemerintah No. 15/ 2022 tentang Perlakuan Perpajakan dan/atau Penerimaan Negara Bukan Pajak di Bidang Usaha Pertambangan Batubara yang ditetapkan pada 11 April 2022, pemerintah resmi memberlakukan kebijakan tarif berjenjang royalti batu bara.

Pemberlakuan tarif baru royalti tersebut juga sekaligus menandakan berakhirnya rezim kontrak pertambangan, yang kemudian diganti menjadi rezim izin. Hal itu sesuai dengan amanat Pasal 169A UU No. 3/2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).

Dalam ketentuannya, rezim kontrak yang berakhir dapat diperpanjang menjadi rezim izin, yaitu Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian, dengan mempertimbangkan upaya peningkatan penerimaan negara.

3. Memburu Peluang Sepeda Motor Melaju Lebih Kencang

Penjualan sepeda motor secara kuartalan kembali melambat pada triwulan pertama 2022. Adapun kinerja ekspor yang sempat meningkat juga turun.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan sepeda motor pada kuartal pertama 2022 kembali turun 2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi 1.262.556 unit. Salah satu penyebabnya adalah anjloknya penjualan pada Februari 2022, sehingga kenaikan yang cukup tinggi pada Maret tak cukup mengangkat capaian total sepanjang kuartal pertama 2022.

Ketua Bidang Komersial AISI Sigit Kumala mengatakan penurunan penjualan sepeda motor diakibatkan hari kerja yang pendek pada Februari, yaitu hanya 28 hari. Selain itu, ada keterlambatan penerimaan suku cadang subkomponen yang dipicu oleh dampak perang antara Rusia dan Ukraina. Meskipun tidak memproduksi komponen otomotif, Ukraina memasok bahan untuk pembuatan komponen.

4. Siasat Emiten BUMN Karya Tangkap Sinyal Pemulihan Kinerja

Booming komoditas diproyeksikan masih akan terjadi pada 2022. Kenaikan harga komoditas akan berimbas lebih signifikan terhadap ekonomi Indonesia termasuk pendapatan negara. Kondisi tersebut memberikan peluang pemulihan belanja untuk sektor konstruksi.

Apalagi, saat ini banyak perusahaan jasa konstruksi terutama BUMN Karya mengalami tekanan yang kuat terhadap kondisi keuangan akibat besarnya beban keuangan di saat pandemi menghantam pendapatan. Padahal, sebelumnya disebut-sebut bahwa sektor infrastruktur dan konstruksi menjadi penggerak ekonomi.

Sebutan tersebut bisa saja kembali disandang oleh sektor konstruksi dengan optimisme pertumbuhan ekonomi melalui proyek-proyek infrastruktur. Belum lagi, pemerintah tahun depan juga merancang anggaran proyek infrastruktur hingga Rp402 triliun. Nilai tersebut naik 9,89 persen ketimbang alokasi dana infrastruktur di Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2022 yang senilai Rp365,8 triliun.

Adapun salah satu faktor pendorong kenaikan anggaran proyek infrastruktur pada 2023 adalah alokasi dana proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang senilai Rp27 triliun hingga Rp30 triliun.

5. Prospek Cerah Bisnis BBM dan Kawasan Industri AKRA

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) memiliki peluang yang cukup besar untuk memacu pertumbuhan kinerjanya pada tahun ini, melanjutkan tren pertumbuhan yang sudah berhasil dibukan pada 2021. Dua sektor andalannya, yakni bisnis bahan bakar minyak (BBM) dan lahan industri memiliki peluang untuk bertumbuh tinggi.

Sepanjang 2021, AKRA mencatatkan pertumbuhan kinerja. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan dan pendapatan sewa sebesar tahun lalu mencapai Rp25,7 triliun, meningkat 45,11 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp17,7 triliun (year-on-year/ YoY).

Beban pokok penjualan dan pendapatan perseroan juga meningkat 49,44 persen dari Rp15,6 triliun di 2020, menjadi Rp23,4 triliun di 2021. Meski beban pokok meningkat, perseroan tercatat masih mampu membukukan kenaikan laba bruto 11,96 persen YoY menjadi Rp2,29 triliun, dari Rp2,04 triliun.

Dengan kinerja tersebut, perseroan mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp1,11 triliun. Laba bersih ini naik 20,22 persen dari Rp925 miliar secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper