Bisnis.com, JAKARTA - BNI Sekuritas melihat transaksi broker bakal sedikit melandai di perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal II/2022. Sentimen libur Lebaran bakal menjadi penyebabnya.
Head of Marketing & Corporate Communication Division BNI Sekuritas Dedi Arianto menjelaskan prospek transaksi broker pada kuartal II/2022 bakal mengalami penurunan.
"Prospek secara umum kami melihat transaksi broker berpotensi mengalami penurunan pada akhir April 2022 dan awal Mei 2022. Sebagaimana diketahui, pemerintah menetapkan libur nasional Idul Fitri yang jatuh pada 2-3 Mei 2022, sementara cuti bersama jatuh pada 29 April, 4,5 dan 6 Mei 2022," jelasnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (17/4/2022).
Menurutnya, sentimen tersebut berpotensi membuat adanya penurunan nilai transaksi. Selain itu, bursa pun juga akan libur, sehingga menyebabkan waktu transaksi menjadi berkurang.
BNI Sekuritas melihat potensi transaksi pada Juni 2022 akan kembali normal dan lebih baik dibandingkan dengan Mei 2022.
"Meskipun demikian, kami menilai transaksi broker pada tahun 2022 masih akan mencatatkan kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan target Indeks Harga Saham Gabungan [IHSG] kami yang berada di level 7.400 dan aktivitas ekonomi yang sudah kembali tinggi," paparnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, kinerja transaksi sepanjang tahun 2021 juta terus mengalami pertumbuhan dibandingkan periode sama pada 2020. Hal ini mendukung pertumbuhan pada 2022.
"Pertumbuhan ini tentunya didorong oleh ekonomi yang terus mengalami pemulihan setelah sebelumnya tertekan akibat pandemi Covid-19. Sementara untuk kuartal I/2022 transaksi juga terlihat masih positif," tambahnya.
Sepanjang kuartal I/2022, transaksi di pasar modal termasuk saham, waran, hingga rights issue, mencapai Rp880,8 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah 9,1 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp969,06 triliun.
Dengan rincian, transaksi pada Maret menjadi yang tertinggi sebesar Rp375,56 triliun. Kemudian, transaksi pada Februari sebesar Rp248,75 triliun dan Januari sebesar Rp256,48 triliun.