Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melanjutkan pelemahan pada awal perdagangan Kamis (7/4/2022) setelah risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai rencana bank sentral untuk mendinginkan inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Dow Jones Industrial Average melemahh 0,62 persen ke level 34.282,06, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,29 persen ke level 4.468,10 dan Nasdaq 100 terkoreksi 0,22 persen ke level 14.467,18.
Imbal hasil Treasury AS dengan tenor 30 tahun naik ke level tertinggi sejak 2019, sekaligus bergerak kembali di atas imbal hasil dengan jatuh tempo yang lebih pendek. Hal ini dipicu oleh pelaku pasar yang mempertimbangkan rencana The Fed untuk mengurangi kepemilikannya atas obligasi.
Risalah rapat The Fed yang dirilis hari Rabu menunjukkan para pejabat fokus meredam inflasi dan menguraikan rencana untuk mengurangi neraca lebih dari US$1 triliun per tahun. Meskipun bersikap hawkish, risalah memberikan kejelasan bagi investor yang khawatir bahwa jalur pengetatan yang terlalu curam dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan suku bunga mungkin masih perlu naik 300 basis poin. Ia juga mendukung suku bunga naik menjadi 3 persen hingga 3,25 persen pada paruh kedua tahun 2022.
Kepala strategi pasar National Securuties Art Hogan mengatakan reaksi pasar terhadap komentar hawkish the Fed seharusnya jauh lebih tidak stabil di tengah adanya visi yang jelas tentang irama dan tempo kenaikan suku bunga dan pengurangan neraca.
Baca Juga
"The Fed telah menyampaikan peta jalan kebijakan moneter singkat yang berada di dalam konsensus," ujar Hogan seperti dikutip Bloomberg, Kamis (7/4/2022).
Sementara itu, pengajuan klaim pengangguran negara bagian AS turun melebihi perkiraan pada pekan lalu. Hal ini mendukung pendapat Fed bahwa ekonomi cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga.
Sementara itu, oasar komoditas terus dikejutkan oleh gangguan yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina dan upaya untuk mengekang biaya bahan baku. Minyak mentah WTI memangkas kenaikan menyusul penurunan yang dipicu oleh keputusan Badan Energi Internasional untuk melepaskan cadangan minyak darurat sebesar 60 juta barel.
Analis JPMorgan Chase & Co. mengatakan bahan mendah diperkirakan melonjak hingga 40 persen jika investor meningkatkan alokasi mereka ke komoditas pada saat inflasi meningkat