Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2022 diprediksi masih lanjut menguat bahkan bisa menembus hingga level 7.600.
Ekonom Ciptadana Sekuritas Asia Nicko Yosafat menjelaskan bahwa dampak langsung konflik antara Rusia dan Ukraina memang kecil terhadap Indonesia. Akan tetapi, tensi geopolitik yang meningkat telah mengerek harga komoditas sehingga Indonesia kebanjiran foreign flow.
"Kenaikan harga komoditas karena pasokan rendah akibat sanksi terhadap Rusia, negara lain banyak menahan komoditas untuk keperluan dalam negerinya. Ini berakibat pada kenaikan energy price dan supply chain shock,” ujar Nicko, dalam keterangan resmi, Minggu (3/4/2022).
Lebih lanjut, Nicko menjabarkan konflik tersebut mendorong peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS) sekitar 7,9 persen secara tahunan pada Februari 2022. Hal ini akan membuat bank sentral di Negeri Paman Sam mengambil kebijakan pengetatan suku bunga acuan, yaitu penyesuaian sebanyak enam kali lagi hingga akhir 2022.
Adapun, tingkat inflasi di dalam negeri naik 2,64 persen secara tahunan per Maret 2022. Rupiah pun melemah 0,86 persen secara year to date menjadi Rp14.329 per dolar AS. Suku bunga Bank Indonesia pun diestimasikan naik ke 4,25 persen.
“Tapi ada dampak positif dari pengetatan monetary di AS yang menjadi momentum bagi emerging market seperti Indonesia tingkatkan foreign flow. Kami awalnya memperkirakan IHSG menyentuh level 7.300 tahun ini tapi targetnya meningkat jadi 7.600 pada 2022 karena faktor tadi,” katanya.
Baca Juga
Hal ini, lanjut dia, akan diiringi pula pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 4,9 persen. Dia optimistis tingkat konsumsi rumah tangga akan terjaga, terlebih momentum ini dibarengi dengan bulan Ramadan di mana daya beli masyarakat selalu meningkat.
Alex Sukandar Founder kurikulumsaham.com menecermati masuknya dana asing telah mengatrol beberapa sektor saham di pasar modal dalam negeri yang pertumbuhannya di atas IDX composite yang sekitar 7,56 persen. Sektor-sektor tersebut adalah IDXEnergy 30,98 persen, IDXTrans 16,44 persen, IDXIndustry 12,21 persen, dan IDXBasic 8,61 persen.
“Selain itu masih ada sektor-sektor yang pertumbuhannya positif namun pertumbuhannya di bawah IDX composite. Yaitu IDXFinance 5,68 persen, IDXCyclic 5,12 persen, IDXInfra 0,87 persen,” ucapnya.
Dia pun mengungkapkan secara gamblang emiten-emiten yang memiliki potensi bertumbuh ke depan memanfaatkan momentum foreign flow tersebut dan prospektif untuk investasi jangka panjang, yaitu AKRA dengan potensi upside 11,24 persen, BBNI 19,86 persen, BBRI 9,77 persen, BMRI 8,53 persen, TLKM 4,36 persen, dan UNTR 13,97 persen.
Ada pula emiten-emiten yang selama lima hari perdagangan terakhir memiliki catatan menarik dengan masuknya modal asing sehingga menarik untuk penanaman modal jangka pendek, yaitu INCO, ASII, EMTK, TINS, ANTM, ADMR, MDKA, MNCN, juga TPIA.
Sementara itu, Co-founder Syariah Saham Ady Nugraha mengatakan saham Syariah JII pilihan mengacu pada kinerja kuartal IV/2021 yakni ITMG, PTBA dan ADRO. “Komoditas ini masih bisa naik, sektor energi memiliki peluang positif juga."
Dia pun menambahkan BRPT dan INDF masih memiliki peluang pertumbuhan. Tak lupa JPFA di mana sektor poultry memiliki prospek yang baik terlebih menghadapi Ramadan.