Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin menunjukkan tanda penguatan setelah menembus level diatas US$45.000. Pergerakan ini juga berhasil menghapus catatan negatif Bitcoin pada 2022.
Berdasarkan data dari coinmarketcap.com pada Rabu (30/3/2022), harga Bitcoin terpantau stabil pada kisaran US$47.258,99. Pergerakan ini berada di atas rerata level harga sepanjang 2022 pada kisaran US$35.000 – US$45.000.
Ketika pasar kripto masuk tren bullish maupun bearish, setiap investor pastinya sudah menyiapkan berbagai cara trading cryptocurrency yang diyakini paling efektif untuk kondisi pasar saat ini.
Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, saat ini kenaikan harga Bitcoin ditopang oleh sejumlah sentimen positif, seperti permintaan yang tinggi dan semakin luasnya penggunaan aset kripto di dunia.
Dengan harga yang cenderung uptrend, Sutopo menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu. Menurutnya, fluktuasi harga Bitcoin masih akan terjadi ke depannya.
"Investor sebaiknya menunggu koreksi harga kembali terjadi sebelum masuk ke Bitcoin," jelasnya saat dihubungi, Rabu (30/3/2022).
Baca Juga
Hal senada diungkapkan Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi. Ibrahim merekomendasikan investor untuk menahan diri untuk membeli Bitcoin saat harganya tengah menguat.
Ia menjelaskan, ketika harga Bitcoin turun ke US$40.000 adalah waktu yang tepat bagi investor untuk melakukan pembelian aset.
Sementara itu, Pintu Academy menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat harga Bitcoin tengah bullish.
Pertama, adalah tidak menjual Bitcoin dalam jangka waktu panjang. Biasanya strategi ini digunakan oleh investor pasif, di mana, mereka merupakan investor yang tidak suka memantau terus aset-asetnya setiap saat, keuntungan dari strategi ini tidak perlu memiliki keahlian dan pengalaman dalam hal teknikal.
Investor hanya perlu membeli Bitcoin saat harganya murah misalnya berada di support yang menunjukkan saat harga akan naik, dan memantau pemberitaan tentang apa pun yang bisa mempengaruhi pasar kripto. Lalu, menjual aset Bitcoin yang dimiliki saat harganya sedang meroket.
Bila cara sederhana ini bisa diaplikasikan secara benar maka aset digital bisa dijadikan investasi yang menguntungkan.
Kedua, investor juga bisa menerapkan cara trading cryptocurrency yang lebih rumit yakni beli dan tahan. Di kalangan investor, strategi ini dikenal atau disebut Dollar Cost Averaging (DCA), sebuah metode pembelian aset secara bertahap.
Kelebihan dari metode ini adalah investor tidak perlu takut apakah Bitcoin sudah berada di posisi top atau bottom. Selain itu, investor juga tidak perlu mengeluarkan 100 persen dari uang yang ingin dialokasikan, dapat berinvestasi dengan cara mencicil setiap bulannya.
Kunci dari metode Dollar Cost Averaging (DCA) adalah konsistensi dalam menabung secara rutin di Bitcoin, untuk memudahkan investasi di Bitcoin setiap bulannya, bisa memanfaatkan cara trading cryptocurrency lewat aplikasi.
Ketiga, membeli aset digital tambahan. Kenaikan suatu aset yang sedang dalam kondisi bullish, bukan semata-mata terus mengalami grafik yang naik terus-menerus setiap harinya. Melainkan, ada kalanya akan mengalami penurunan dan kembali naik kembali akibat aksi take profit oleh investor.
Di saat pasar terkoreksi, inilah momen yang tepat di mana investor bisa membeli aset digital lainnya. Misalnya, sudah memiliki Bitcoin, tetapi ingin menambah koleksi aset digital lainnya seperti Ethereum (ETH).
Cara ini sering digunakan oleh investor di luar sana sebagai manajemen risiko maupun diversifikasi portofolio untuk mengurangi volatilitas pasar. Pasalnya, sebagai cryptocurrency paling berharga saat ini, kenaikan dan penurunan harga Bitcoin pasti akan mempengaruhi aset-aset digital lainnya.
Perlu diingat, setiap investor harus memiliki trading plan kapan harus menjual dan membeli aset digital yang dimiliki.
"Investor bisa menentukan level support dan resistensi dengan moving average guna mendapatkan waktu yang tepat saat membeli aset digital di harga murah," ungkap Pintu Academy.