Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Selasa (22/3/2022) setelah pelaku pasar pedagang mempertimbangkan komentar hawkish Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang mengisyaratkan bank sentral akan mengambil langkah-langkah yang lebih agresif untuk menjinakkan inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,74 persen ke level 34.807,46, sedangkan indeks S&P 500 naik 1,13 persen ke 4.511,61 dan Nasdaq Composite melonjak 1,95 persen ke 14.108,82.
Sementara itu, imbal hasil obligasi terus naik karena Treasuries jangka pendek meluncur menuju kinerja kuartalan terburuk dalam hampir empat dekade.
Kepala analis pasar Piper Sandler & Co. Craig Johnson mengatakan bursa AS menguat karena pelaku pasar bersiap untuk menghadapi volatilitas tinggi sampai ada lebih banyak kepastian mengenai kebijakan Fed, inflasi, dan perang di Ukraina.
Berbaliknya indeks S&P 500 dari tren pelemahan baru-baru ini dapat menjadi indikator bahwa saham AS telah mencapai titik terendah.
"Bukti teknis kolektif menunjukkan koreksi ke level support telah terjadi. Indikator momentum tetap bullish setelah membentuk divergensi positif selama beberapa pekan terakhir," ungkap Johnson dalam risetnya, dikutip Bloomberg, Rabu (23/3/2022).
Baca Juga
Namun, tekanan terhadap pasar komoditas akibat perang Rusia – Ukraina telah meningkatkan tekanan pada bank sentral utama untuk memperketat kebijakan moneter. Minyak di New York jatuh setelah mentah berjangka Brent fluktuatif karena Jerman dan Hongaria mengerem potensi embargo minyak Rusia.
The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin pekan lalu dan mengisyaratkan enam kenaikan lagi tahun ini. Sementara itu Powell mengindikasikan bank sentral siap menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan berikutnya jika diperlukan.
“Saya pikir investor berbesar hati dengan apa yang dikatakan Ketua Fed Powell kemarin – bahwa mereka benar-benar tidak akan tetap berada di belakang kurva,” Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA.
“Apa yang Anda lihat dengan aksi jual obligasi adalah bahwa investor mencari instrumen investasi lain. Mereka tentu tidak ingin berada di kelas aset yang fluktuatif, jika imbal hasil naik, harganya akan turun. Jadi mereka condong ke area yang kemungkinan besar memiliki potensi kenaikan yang lebih baik, dan itulah ekuitas saat ini.”