Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Rebound, Nasdaq Melejit 3,59 Persen

Nasdaq mencatat kenaikan terbesarnya sejak setahun yang lalu pada 9 Maret 2021. Indeks Volatilitas CBOE, atau VIX, turun hampir 10 persen tetapi masih bertahan di atas level 30.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat rebound pada akhir perdagangan Rabu (9/3/2022) waktu setempat setelah awal pekan yang bergejolak lantaran kekhawatiran pelaku pasar terhadap sanksi AS terhadap Rusia.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (10/3/2022), indeks Dow Jones Industrial Average dibuka naik 2 persen atau 653,61 poin ke 33.286,25, S&P 500 menanjak 2,57 persen atau 107,18 ke 4.277,88, dan Nasdaq melesat 3,59 persen atau 459,99 poin ke 13.255,55.

Nasdaq mencatat kenaikan terbesarnya sejak setahun yang lalu pada 9 Maret 2021. Indeks Volatilitas CBOE, atau VIX, turun hampir 10 persen tetapi masih bertahan di atas level 30.

Harga minyak mentah mundur dari level tertinggi 14 tahun setelah Ukraina mengisyaratkan akan mengejar solusi diplomatik untuk perang Rusia. Minyak mentah West Texas merosot menjadi lebih dari US$110 per barel, sementara minyak mentah Brent diperdagangkan sedikit di atas US$112 per barel pada Rabu sore. Namun, harga gas ritel melonjak ke level tertinggi baru di seluruh AS.

"Anda tidak dapat memiliki kenaikan di pompa bahan bakar yang tidak menyentuh kantong ekonomi orang Amerika sehari-hari, karena itu akan membuat semuanya naik dalam biaya," kata Victoria Greene, mitra pendiri G-Squared Private Wealth kepada Yahoo Finance Live.

Dia menambahkan, pihaknya tidak berpikir bahwa sanksi dunia ke Rusia akan hilang. Pasalnya dunia marah pada situasi perang ini.

Jadi katakanlah secara ajaib kita mendapatkan gencatan senjata besok, saya pikir penyusutan umum dan masalah dengan rantai pasokan akan menjadi situasi yang sulit untuk sisa tahun ini,” jelasnya.

Di luar daftar sanksi yang dikenakan pemerintah terhadap Rusia, segudang perusahaan besar AS mengumumkan rencana baru untuk berhenti melakukan bisnis di Rusia di masa mendatang.

Di sektor restoran, McDonald's (MCD), Starbucks (SBUX), Coca-Cola (KO) dan PepsiCo (PEP) mengatakan mereka akan menutup beberapa atau semua operasi di Rusia. Amazon Web Services mengatakan akan berhenti membawa pendaftaran baru dari Rusia dan Belarusia, dan Shopify mengumumkan juga menangguhkan operasi di negara-negara tersebut.

Mengingat ketidakpastian geopolitik yang sedang berlangsung dan dorongan untuk mengisolasi Rusia dari ekonomi global, beberapa ahli strategi menyarankan investor harus bersiap untuk lebih banyak volatilitas pasar.

“Saya rasa kita belum melihat dasarnya. Dan saya ingin lebih optimis, tetapi alasan saya mengatakan ini adalah, ketika menyangkut minyak [dan] komoditas lainnya, kami masih melihat guncangan yang membuat mereka melalui sistem," Ann Berry, kepala investasi Wheelhouse kepada Yahoo Finance Live.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper