Bisnis.com, JAKARTA - PT United Tractors Tbk. (UNTR) membukukan pendapatan bersih pada 2021 sebesar Rp79,5 triliun atau naik sebesar 32 persen dari Rp60,3 triliun pada 2020. Pemulihan penjualan alat berat dan booming batu bara jadi kunci.
Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih UNTR juga meningkat 71 persen menjadi Rp10,3 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp6,0 triliun.
Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis mengungkapkan masing-masing segmen usaha, yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan batu bara, pertambangan emas dan industri konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 29 persen, 42 persen, 17 persen, 10 persen dan 2 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
"Segmen usaha mesin konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 97 persen menjadi 3.088 unit pada 2021 dibandingkan dengan sebesar 1.564 unit pada 2020," urainya, dikutip Sabtu (26/2/2022).
Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga mengalami peningkatan sebesar 30 persen menjadi Rp7,8 triliun. Berdasarkan riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu pada tahun 2021 adalah sebesar 21 persen.
Penjualan UD Trucks mengalami peningkatan dari 224 unit menjadi 375 unit, dan penjualan produk Scania naik dari 217 unit menjadi 545 unit.
Baca Juga
Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi naik sebesar 70 persen menjadi Rp22,8 triliun dibandingkan dengan Rp13,4 triliun pada periode yang sama tahun 2020.
Segmen usaha Kontraktor Penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan Desember 2021, kontraktor penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp33,2 triliun, naik 14 persen dari Rp29,2 triliun pada 2020.
PAMA mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 1 persen dari 114,6 juta ton menjadi 116,2 juta ton, dan peningkatan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 3 persen dari 825,0 juta bcm menjadi 852,1 juta bcm.
Segmen usaha pertambangan batu bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan Desember 2021 total penjualan batu bara mencapai 9,0 juta ton, termasuk 2,4 juta ton batu bara metalurgi, atau turun 3 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebesar 9,3 juta ton.
"Namun demikian, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara meningkat sebesar 44 persen menjadi Rp13,7 triliun karena peningkatan rata-rata harga jual batu bara," paparnya.
Segmen usaha pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Sampai dengan Desember 2021, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 330.000 ons, naik 3 Segmen Usaha Pertambangan Emas dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 sebanyak 320.000 ons.
Hal ini sejalan dengan peningkatan volume penjualan dan rata-rata harga jual emas, pendapatan bersih segmen usaha Pertambangan Emas naik 19 Segmen Usaha Pertambangan Emas dari Rp7,0 triliun menjadi Rp8,3 triliun.
Segmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Sampai dengan Desember 2021, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,5 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp1,2 triliun pada periode yang sama tahun 2020.
ACST membukukan rugi bersih sebesar Rp696 miliar, turun dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,3 triliun.
"Kerugian bersih terutama disebabkan oleh perlambatan beberapa proyek yang sedang berlangsung dan berkurangnya peluang proyek konstruksi baru selama pandemi," urainya.
Sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, Perseroan telah menetapkan bisnis Energi Baru dan Terbarukan sebagai salah satu strategi transisi Korporasi.
Untuk mempercepat pengembangan EBT, pada akhir tahun 2021 seluruh bisnis energi dalam grup dikonsolidasikan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN).
Sampai dengan bulan Desember 2021, EPN telah memasang Rooftop Solar PV di sejumlah fasilitas dalam grup Perseroan dan Astra mencapai 2,4 MWp. Sampai dengan akhir tahun 2022, ditargetkan akan ada penambahan instalasi baru Rooftop Solar PV sebesar 15 MWp dan akan meningkat di tahun berikutnya.
Perseroan saat ini mengoperasikan satu pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTMH) yaitu PLTMH Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah, dan sedang membangun pembangkit listrik tenaga minihidro lainnya yakni PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatra.
PLTM Besai Kemu memiliki kapasitas sebesar 7 MW dan diperkirakan akan beroperasi pada tahun 2023. Selain itu, Perseroan juga menargetkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga minihidro di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.
Perseroan juga aktif melakukan studi dan tinjauan pada energi terbarukan lainnya seperti proyek hydropower skala besar, floating solar PV, geothermal, wind power dan waste-to-energy.
Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi UT untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan.