Bisnis.com, JAKARTA – Harga logam industri aluminium dan nikel terus melonjak seiring dengan memanasnya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (15/2/2022), harga aluminium sempat naik hingga 2,7 persen ke US$3.220 per ton di London Metal Exchange (LME). Sementara itu, harga nikel juga menguat hingga 2,4 persen ke posisi US$23.610 per ton.
Lonjakan harga kedua komoditas logam dasar ini dipicu oleh tensi geopolitik di Ukraina yang semakin tinggi. Hal tersebut juga ditambah dengan disrupsi pasokan global akibat kenaikan harga energi.
Tensi terhadap kehadiran militer Rusia yang semakin besar di Ukraina memasuki pekan krusial. AS mengatakan invasi Rusia terhadap Ukraina semakin dekat, sementara Rusia menuduh AS gagal memenuhi permintaannya.
“Investor terpengaruh sentimen geopolitik Ukraina di tengah ketidakpastian terkait adanya serangan atau sanksi yang pasti,” jelas analis Guotai Junan Futures Co, Wang Rong dikutip dari Bloomberg.
Pemerintah Rusia telah berulang kali membantah rencana invasi tersebut dan akan terus mengupayakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan konflik dengan negara tetangganya.
Baca Juga
Adapun, Rusia merupakan produsen utama alumunium dan nikel yang membuat investor khawatir terhadap potensi terhambatnya ekspor. Aksi militer Rusia dapat berimbas pada sanksi ekspor yang akan mengganggu pasokan global kedua komoditas ini.
Alumunium mencatatkan kenaikan harga tertinggi dalam 13 tahun pada pekan lalu dan mendekati rekor all time high di level US$3.380. Pergerakan harga alumunium dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan dari Eropa seiring dengan kenaikan harga bahan bakar.
Sementara itu, negara produsen lain, China kembali menghadapi lockdown akibat pandemi virus corona dan pemeriksaan dari aspek lingkungan. Di sisi lain, permintaan terhadap alumunium semakin tinggi seiring dengan transisi dunia ke energi terbarukan.
Wang menambahkan, logam dasar diprediksi akan melanjutkan tren kenaikan harga sepanjang semester I/2022. Hal ini akan ditopang oleh stimulus ekonomi China dan terhambatnya pasokan global.