Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (27/1/2022) karena investor terus memperhitungkan sikap kebijakan Federal Reserve.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah tipis 0,02 persen ke level 34.160,78, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,54 persen ke 4.236,51 dan Nasdaq Composite anjlok 1,4 persen ke 13.352,78.
Indeks S&P 500 menghapus reli hampir 2 persen, sedangkan Nasdaq merosot ke level terendah sejak Juni. Russell 2000 dari topi kecil memasuki pasar bearish setelah jatuh lebih dari 20 persen dari puncaknya.
Kapitalisasi pasar Tesla Inc. terpangkas US$109 miliar nilainya karena pembuat mobil listrik menunda peluncuran model-model baru di tengah tantangan rantai pasokan. Saham Intel Corp. menyeret saham produsen chipset seiring prospek yang mengecewakan.
Saham T. Rowe Price Group Inc. anjlok setelah perseroan mengatakan penebusan klien dapat berlanjut dengan Fed siap untuk menaikkan suku bunga. Di sisi lain, saham Netflix Inc. melonjak setelah Bill Ackman mengakuisisi lebih dari 3,1 juta saham menyusul jatuhnya harga saham raksasa streaming baru-baru ini.
Imbal hasil Treasury As tenor dua tahun naik. Pada akhir perdagangan, Apple Inc. menguat menyusul rekor penjualan yang mengalahkan perkiraan, sementara Robinhood Markets Inc. merosot setelah pendapatan meleset dari ekspektasi.
Baca Juga
Kapitalisasi pasar saham AS turun lebih dari US$5 triliun sepanjang tahun ini karena para pelaku pasar berjuang untuk menilai prospek suku bunga. Pasar telah memperhitungkan kenaikan suku bunga the Fed sebanyak empat kali pada tahun 2022. Namun, perkiraan tersebut naik menjadi lima kali setelah Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa ekonomi dan pasar tenaga kerja dapat menangani langkah pengetatan yang lebih cepat jika diperlukan.
Analis Morgan Stanley Andrew Sheets menggandakan ekspektasinya bahwa saham AS berubah dari leaders menjadi laggers karena investor menyesuaikan diri dengan era kebijakan yang lebih ketat.
"Volatilitas pasar tidak akan hilang dalam waktu dekat karena kerumunan 'beli saat turun' memiliki moto baru, 'jual saat reli'," tulis analis pasar senior Oanda. Edward Moya, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (28/1/2022).
“Reli pasar saham hari ini tidak berlangsung lama karena perusahaan Amerika mengingatkan kita bahwa masalah rantai pasokan masih ada, dan perkiraan laba tidak memberikan alasan untuk optimis. Banyak pedagang masih memproses apa yang terjadi kemarin dengan The Fed.”