Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan jual yang membayangi pasar kripto global pada Senin (24/1/2022) mulai mereda setelah pekan lalu mengalami pelemahan secara besar-besaran.
Mengutip Bloomberg, Bitcoin sebagai cryptocurrency terbesar berdasarkan nilai pasar, diperdagangkan sekitar US$35.350 pada 12:05 waktu Singapura. Sebelumnya Bitcoin menyentuh level terendah US$34.042.77 selama akhir pekan, atau kerugian lebih dari 50 persen dari level tertinggi sepanjang masa di November 2021.
Sinyal kebijakan moneter hawkish dari bank sentral AS, Federal Reserve serta petunjuk peraturan baru oleh pejabat di Gedung Putih, Washington dan ancaman larangan penambangan dan perdagangan langsung di Rusia telah membuat pasar koin digital terguncang.
Adapun penurunan Ether sebagai token terbesar kedua dan koin lain yang lebih baru telah melampaui penurunan Bitcoin akhir-akhir ini.
Selama tujuh hari perdagangan terakhir, Bitcoin telah anjlok sekitar 18 persen nilainya, sementara itu terjadi pelemahan sekitar 25 persen untuk Ether, sedangkan untuk harga koin Solana, DeFi-play dan Avalanche telah turun 30 persen lebih. Tekanan terhadap memecoin juga tercatat tajam yakni Dogecoin turun 19 persen selama periode yang sama, sementara Shiba Inu turun 25 persen, menurut data CoinMarketCap.
“Kripto adalah aset berisiko naik turun. Ini bahkan lebih merupakan aset berisiko sekarang karena sebagian besar kapitalisasi pasar kripto adalah Ethereum, Solana, dan segala macam hal lain yang pada dasarnya hanya teknologi di mana kami mengedepankan asumsi besar pertumbuhan global hingga saat ini,” kata Leigh Drogen dari Starkiller Capital dalam wawancara Bloomberg TV.
Baca Juga
Wu Silverman dari RBC Capital Markets mengatakan, teknis utama yang harus diperhatikan investor adalah rasio Ether terhadap Bitcoin. Setelah diperdagangkan di atas 0,07 selama beberapa bulan, Ether telah turun ke level terendah relatif terhadap Bitcoin sejak Oktober. Baru-baru ini di level sekitar 0,069.
Level berikutnya yang harus diperhatikan adalah 0,055, menurut Wu Silverman. “Perhatikan rasio ETH/BTC dari 0,055-0,088,” tulisnya.
Penurunan Ether relatif terhadap cryptocurrency terbesar di dunia juga menarik perhatian Noelle Acheson, kepala strategi pasar di Genesis Global Trading Inc. Baginya, penurunan ini adalah pengingat bahwa Ether bahkan lebih rentan terhadap perubahan selera risiko yang didorong oleh makroekonomi dibandingkan Bitcoin.
“Ini mengingatkan kita bahwa BTC adalah aset berisiko yang terkena sentimen risk-off, tetapi ETH lebih dari itu [telah kehilangan lebih dari 40 persen nilainya selama 30 hari terakhir!],” tulis Acheson.