Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan terkoreksi pada pembukaan perdagangan awal tahun 2022 ini.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang dalam riset hariannya mengatakan, persoalan yang dihadapi tetap sama meskipun tanggal dan tahun telah berubah.
"Malah di tahun 2022 persoalan yang diperkirakan semakin berat mulai dari terus berlanjutnya amuk dua varian Covid-19, yakni Delta dan Omicron," tulis Edwin dalam risetnya, Senin (3/1/2022).
Selain itu, persoalan juga akan muncul dari berakhirnya taper tantrum, penurunan harga komoditas, peluang akan terjadinya defisit penerimaan pemerintah, hingga akan naiknya Suku Bunga US FFR dan Indonesia 7DRR.
Dia melanjutkan, setelah selama satu tahun lalu IHSG menguat sebesar 10,08 persen disertai beli bersih investor asing sebanyak Rp29,68 triliun, di awal tahun dan di awal minggu ini, Senin (3/1/2022), Edwin memperkirakan ada peluang IHSG terkena tekanan jual seiring jatuhnya Indeks di Wall Street dengan DJIA turun 0,41 persen dan Nasdaq turun 0,77 persen.
Selain itu harga beberapa komoditas juga mengalami penurunan di antaranya minyak -1,38 persen & batu bara -3,1 persen di tengah semakin mengamuknya varian Omicron dan Delta. Dalam beberapa hari ke depan, akan ada jutaan orang AS terkena Varian Omicron, peningkatan kasus baru di Eropa Barat, meningkatnya jumlah kasus baru di India, serta di-lockdown-nya salah satu kota di China yang berpenghuni 13 juta orang akibat varian Omicron.
Baca Juga
Adapun Edwin menyarankan untuk menjual saham berbasis batu bara seperti HRUM, ITMG, ADRO, dan INDY. Edwin pun menyarankan untuk membeli saham SAMF, ISAT, SMRA, INTP, PRDA, EXCL, SILO, EMTK, BBNI, dan INCO.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.