Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Lonjakan Omicron, Rupiah Tetap Dibuka Bertenaga

Mata uang Garuda menguat bersama sejumlah mata uang lain di kawasan Asia Pasifik seperti peso Filipina naik 0,06 persen, yuan China naik 0,03 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,14 persen.
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan merapikan uang dolar dan rupiah di Kantor Cabang Bank Mandiri di Jakarta, Kamis (14/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah mampu dibuka menguat pada awal perdagangan pagi ini di tengah kewaspadaan terhadap penyebaran omicron. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (21/12/2021), rupiah terapresiasi 0,09 persen menjadi Rp14.388 per dolar AS pada pukul 09.19 WIB.

Mata uang Garuda menguat bersama sejumlah mata uang lain di kawasan Asia Pasifik seperti peso Filipina naik 0,06 persen, yuan China naik 0,03 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,14 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan  dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.14.390-Rp.14.450 per dolar AS. 

Dari sisi internal, pemerintah RI terus memaspadai penyebaran omicron. Ketika memasuki natal dan tahun baru, Pemerintah akan lebih waspada lagi tentang lonjakan virus omicron, karena masyarakat akan kembali melakukan perjalanan ke luar kota.

“Ini menjadi beban tersendiri bagi Pemerintah untuk mengantisipasinya apalagi omicron penyebarannya 70 kali dari varian delta. Namun masyarakat sepertinya tidak peduli dengan anjuran Pemerintah tentang larangan bepergian,” kata dia dalam riset harian, Selasa (21/12/2021)

Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebut bahwa kasus baru omicron dapat meningkat dua kali lipat selama 1,5 hingga tiga hari ke depan. Seperti diketahui, varian baru corona ini telah dilaporkan menyebar di 89 negara global.

Selain itu, WHO menyebut omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi. Namun, WHO belum mengetahui secara jelas apakah ini didorong oleh kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi antara keduanya.

Dari sentimen eksternal, Bank sentral utama menurunkan keputusan kebijakan mereka minggu lalu, dengan The Fed berubah hawkish dalam keputusan kebijakan terbarunya. Bank sentral AS akan mempercepat program pengurangan asetnya hingga berakhir pada Maret 2022 dan memproyeksikan kenaikan suku bunga tiga perempat poin pada tahun yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper