Bisnis.com, JAKARTA – PT Panin Asset Management berharap tahun 2022 mendatang lebih bersahabat untuk kinerja instrumen reksa dana saham. Di mana pada tahun ini, kinerjanya tidak seiring dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, kenaikan saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid seperti yang terlihat dari indeks LQ45 dan IDX30 saat ini masih minim.
Rudiyanto menjelaskan, sebagai perbandingan hingga year to date (ytd) atau sepanjang tahun hingga Senin (13/12/2021), IHSG telah tumbuh 11,44 persen, indeks IDX30 naik 0,32 persen dan indeks LQ45 naik 0,94 persen.
“Portofolio reksa dana saham kebanyakan terdiri dari saham likuid seperti IDX30 dan LQ45 sehingga kinerja reksa dana saham di bawah IHSG,” jelas Rudiyanto, saat dihubungi Bisnis, Selasa (14/12/2021).
Dia menjelaskan, kenaikan indeks yang ada di BEI pada tahun ini lebih banyak terjadi pada saham digital, kesehatan, atau saham-saham yang memiliki fundamental belum terlalu jelas sehingga kebanyakan produk reksa dana saham tidak memiliki ataupun hanya mengambil proporsi yang kecil dalam portofolio investasinya.
Berdasarkan hal tersebut, Rudiyanto mengungkapkan bahwa kinerja produk reksa dana Panin Asset Management ada yang memiliki kinerja di bawah kinerja indeks, tetapi juga ada yang berada di atas kinerja indeks.
Baca Juga
Menurutnya, hal tersebut tergantung pada strategi pengelolaan yang dilakukan dan pilihan portofolio masing-masing manajer investasi.
Dia menjelaskan, jika kebetulan pilihan produk reksa dana saham tersebut beriringan dengan sektor saham yang naik saat ini, maka kinerjanya sama atau di atas indeks. Namun untuk yang belum, produk reksa dana saham yang ada ujarnya memperimbangkan valuasi yang murah, sehingga jika sektor rotasi terjadi diharapkan kinerjanya dapat mengejar.
Terkait dengan kinerja pada tahun ini, Rudiyanto pun mengharapkan pada tahun 2022 kinerja reksa dana akan lebih bersahabat, mengingat perekonomian saat ini semakin mendekati normal.
“Diharapkan juga terjadi sector rotation sehingga kenaikan saham akan lebih merata,” ungkap Rudiyanto.
Kemudian untuk valuasi yang tinggi pada sektor teknologi atau digital, menurutnya ada batasnya walaupun sulit untuk diperkirakan ada di level berapa. Dia meneruskan, semakin tinggi valuasi, maka semakin besar pula kemungkinan investor beralih ke saham lain yang valuasinya lebih murah.