Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Tantangan Pemulihan BUMN hingga Ancaman Omicron pada Ekonomi China

Berita tentang misi pembangunan pascapandemi di tangan BUMN menjadi salah satu berita pilihan editor di BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut sejumlah BUMN akan kecipratan investasi dari Uni Arab Emirate (UAE) senilai US$18 miliar./ Istimewa.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut sejumlah BUMN akan kecipratan investasi dari Uni Arab Emirate (UAE) senilai US$18 miliar./ Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan ekonomi yang terjadi akibat Covid-19 turut dirasakan oleh kalangan BUMN. Tercatat, 90 persen perusahaan BUMN merasakan dampak negatif, sedangkan hanya 10 persen yang aman dari tekanan akibat pandemi.

Berita tentang misi pembangunan pascapandemi di tangan BUMN menjadi salah satu berita pilihan editor di BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Rabu (1/12/2021):

 

  1. Masa Pemulihan dan Misi Pembangunan di Tangan BUMN

Tahun 2021 menjadi masa pemulihan sekaligus momen BUMN membawa misi pembangunan. Koreksi kinerja pada tahun lalu sudah berakhir dan kini berganti dengan pemulihan yang membawa asa cerah terhadap kinerja selanjutnya.

Bahkan, laba bersih konsolidasi BUMN semester I/2021 meningkat 356 persen dibandingkan dengan semester I/2020 lalu. Laba bersih tersebut bahkan meningkat 98 persen dari capaian setahun penuh 2020.

Walau terdampak pandemi, BUMN masih menghasilkan pertumbuhan kinerja keuangan secara konsolidasian sepanjang 2020. BUMN dapat berkontribusi positif kepada negara sebesar Rp377 triliun dari pajak, dividen, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

Pertumbuhan dan kontribusi positif tersebut menunjukkan BUMN dapat bertahan dan berkembang di tengah badai krisis pandemi Covid-19.

 

  1. Lepas Isu Bahan Baku, Industri Tekstil Diteror Kenaikan TDL 2022

Setelah mencatatkan penguatan kinerja ekspor memasuki kuartal terakhir tahun ini, industri pertekstilan nasional kembali terancam pelemahan daya saing akibat rencana kenaikan tarif dasar listrik untuk 13 golongan pelanggan nonsubsidi pada 2022.

Kenaikan tarif dasar listrik untuk 13 golongan pelanggan nonsubsidi pada 2022 akan menurunkan utilisasi industri pertekstilan nasional hingga 10 persen.

Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) akan memberatkan industri karena ongkos energi berkontribusi antara 10—25 persen pada biaya produksi.

Kenaikan biaya listrik akan menaikkan harga produk jadi yang akan digunakan oleh industri hilir sehingga kenaikan TDL akan memberikan efek snowball [bola salju] ke hilir.

 

  1. Ritel Kurang Inisiatif, Intervensi Minyak Goreng Tak Efektif

Segala upaya untuk mengurai karut marut anomali harga minyak goreng di dalam negeri masih belum membuahkan hasil optimal. Salah satu penyebabnya adalah ketidaksinkronan arus distribusi dari tingkat produsen hingga ke level ritel modern.

Hingga akhir November 2021, realisasi penyaluran 11 juta liter minyak goreng seharga Rp14.000/liter masih jauh di bawah ekspektasi lantaran perusahaan ritel modern tak kunjung melakukan pemesanan pembelian kepada para produsen yang tergabung dalam GIMNI dan AIMMI.

Akibat rendahnya inisiatif dari peritel modern, sejumlah produsen minyak goreng anggota GIMNI pada akhirnya memutuskan untuk melakukan pemasaran secara mandiri.

Dalam hal ini, penyaluran minyak goreng telah mulai dilakukan di beberapa daerah di Sumatra seperti di Medan, Asahan, Tanah Karo, Palembang, dan Jambi.

 

  1. Harga Komoditas Angkat Pembiayaan Alat Berat

Kenaikan harga komoditas di pasar global mampu mengangkat kinerja pembiayaan segmen alat berat di Tanah Air.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada September 2021, realisasi piutang pembiayaan segmen alat berat mencapai Rp27,61 triliun. Adapun, piutang pembiayaan alat berat merupakan kontributor kedua terbesar di segmen pembiayaan produktif setelah alat pengangkutan.

Realisasi piutang pembiayaan alat pengangkutan pada periode yang sama mencapai Rp41,03 triliun. Sementara itu, piutang pembiayaan segmen produktif secara total mencapai Rp100,83 triliun.

Kendati segmen alat berat dan pengangkutan mencetak pertumbuhan secara bulanan sejak Juni, keduanya masih mencetak koreksi secara tahunan. Segmen alat berat masih terkoreksi 9,17 persen atau hampir menyamai koreksi segmen produktif dengan 9,53 persen sedangkan segmen pengangkutan terkoreksi 4,96 persen. 

 

  1. Ekonomi China Dibayangi Kemelut Properti dan Omicron

Kemelut properti dan ancaman penyebaran varian baru virus corona membayangi prospek ekonomi China pada 2022. Laju ekonomi terbesar kedua di dunia itu bisa melambat di bawah 5 persen meski krisis listrik mulai bisa diatasi.

Serangkaian indikator awal menunjukkan ekonomi China terus melambat pada November dengan penjualan mobil dan rumah turun lagi karena krisis pasar perumahan yang berlarut-larut.

Permintaan ekspor yang kuat menjelang musim liburan akhir tahun sebagian membantu mengimbangi penurunan properti.

Ekonom JP Morgan Chase & Co., Haibin Zhu, memproyeksi pertumbuhan PDB China mencapai 4,7 persen dari target pemerintah berkisar 5,5-6 persen pada tahun depan. Menurutnya, pasar perumahan akan mengalami normalisasi pinjaman dan pendanaan kepada pengembang properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper