Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana pendapatan tetap diprediksi dapat menjaga kinerjanya di sisa tahun ini seiring dengan pembatalan sisa lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat berimbas pada kenaikan harga surat utang.
Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra memaparkan pergerakan reksa dana pendapatan tetap sepanjang 2021 cukup fluktuatif. Hal ini terlihat dari pergerakan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun yang cenderung volatil.
“SUN 10 tahun Indonesia sempat berada di level 6 persen pada awal tahun, dan kemudian pada 6.8 persen di kuartal I/2021 dan awal kuartal III/2021 kembali lagi ke level 6 persen,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (19/11/2021).
Sementara itu, selama 1 bulan terakhir, Guntur memandang pergerakan reksa dana pendapatan tetap terbilang stabil. Hal ini seiring dengan kinerja positif produk-produk reksa dana jenis ini baik selama 1 bulan belakangan maupun secara year to date (ytd).
Meski demikian, dia menilai potensi reksa dana pendapatan tetap masih cukup baik untuk sisa akhir tahun 2021. Salah satu sentimen positif yang mempengaruhi outlook instrumen ini adalah tingkat suku buka acuan Bank Indonesia (BI) yang dipertahankan pada level yang sama pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir.
Hal ini juga ditopang oleh kondisi perekonomian Indonesia yang cenderung terjaga di tengah pandemi virus corona. Salah satu indikator positif kondisi tersebut adala tingkat inflasi yang cenderung terkendali.
Baca Juga
Menurutnya, potensi return dari reksa dana pendapatan tetap akan amat bergantung dari penerapan strategi masing-masing manajer investasi, khususnya terkait produk dengan aset dasar surat berharga negara (SBN).
Ia mengatakan, pembatalan sisa lelang SBN pada akhir tahun ini akan berimbas positif terhadap pergerakan imbal hasil (yield) SBN Indonesia. Hal tersebut akan berdampak pada penguatan harga SBN.
Adapun, guna menjaga kinerja produk reksa dana pendapatan tetapnya, Pinnacle tetap berfokus untuk menjaga likuiditas. Hal tersebut terutama untuk produk-produk dengan aset dasar SBN.
“Kami menerapkan strategi durasi yang aktif sesuai dengan pandangan tim kami terhadap pergerakan suku bunga dan makroekonomi,” pungkasnya.