Bisnis.com, JAKARTA – Setelah mencatatkan kinerja cemerlang hingga kuartal ketiga tahun ini, PT Timah Tbk. (TINS) optimistis harga timah juga tetap stabil di atas level US$30.000 per ton seperti sekarang, yang akan menjadi pendorong pendapatan perseroan.
Corporate Secretary PT Timah Abdullah Umar mengatakan bahwa kestabilan harga didorong oleh keterbatasan pasokan, meskipun dari sisi permintaan stabil.
“Harga kami optimistis bisa tetap di atas US$30.000 lah per ton sampai akhir tahun. Harga timah mungkin relatif lebih stabil dibandingkan dengan komoditas lain, meskipun sama-sama naik karena jumlah pemainnya tidak terlalu banyak,” ujarnya usai konferensi pers, Kamis (11/11/2021).
Adapun, sampai dengan kuartal III/2021 tahun ini, emiten bersandi TINS ini mampu mencatatkan lonjakan laba hingga 340 persen meskipun produksinya menurun.
Pulihnya ekonomi membawa peningkatan konsumsi terhadap produk timah seperti produk elektronik dan membuat permintaan atas komoditas timah melesat.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan kuartal III/2021, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp612 miliar atau melesat 340 persen dari tahun sebelumnya rugi Rp255 miliar.
Baca Juga
Perseroan juga mencatat peningkatan profitabilitas yang signifikan dengan capaian EBITDA sampai dengan kuartal III/2021 sebesar Rp1.813 miliar atau naik 108 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp870 miliar, serta EBITDA margin sebesar 18,7 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 7,3 persen.
Salah satu pendorong kinerja perusahaan adalah harga rerata logam timah LME yang saat ini berada di US$30.550, dengan level tertinggi pada US$37.600 dan di level terendah pada US$20.965.
“Sampai dengan September 2021 Asia masih menjadi destinasi utama ekspor timah TINS dengan kontribusi 53 persen, disusul Eropa 31 persen, dan Amerika 11 persen. Adapun, lima besar negara destinasi ekspor timah TINS secara berurutan adalah Korea Selatan 18 persen, Belanda 17 persen, Jepang 16 persen Amerika Serikat 11 persen, dan Italia 6 persen,” ungkap manajemen.
Sementara itu, produksi timah TINS sampai dengan kuartal III/2021 mencapai 17.929 ton atau turun 48 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 34.614 ton. Perinciannya, sebesar 44 persen berasal dari penambangan darat, dan 56 persen berasal dari penambangan laut.
“Penurunan produksi bijih timah ini masih terkait dengan adanya pandemi Covid-19 dan dinamika penambangan bijih timah di darat,” jelas Abdullah.
Selain itu, penjualan logam timah sampai akhir kuartal III/2021 mencapai 19.059 metrik ton atau turun 58 persen dari tahun sebelumnya mencapai 45.548 metrik ton.
Meskipun volume penjualan menurun, Perseroan mencatatkan harga jual rerata logam timah pada kuartal III/2021 sebesar US$30.158 per metrik ton atau naik secara signifikan sekitar 79 persen dari tahun sebelumnya hanya US$16.832 per metrik ton.