Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara acuan November 2021 yang mencapai rekor membuat saham emiten terkait ikut terkerek.
Pada Senin (8/11/2021) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada November 2021 mencapai US$215,63 per metrik ton, atau naik 33 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Menyusul kenaikan harga tersebut, saham sejumlah emiten batu bara juga bergerak di zona hijau.
Saham PT Petrosea Tbk. (PTRO) pada hari ini tercatat naik 170 poin atau 6,54 persen ke 2.770. Saham PTRO hari ini diborong asing dengan net buy senilai Rp2,19 miliar.
Selanjutnya, saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) naik 50 poin atau 3,04 persen ke 1.695. Hari ini ADRO mencatatkan pembelian oleh asing senilai Rp2,47 miliar namun juga dijual oleh asing senilai Rp13 miliar.
Kemudian saham PT Indika Energy Tbk. (INDY) naik 45 poin atau 2,60 persen ke 1.775. Saham INDY hari ini mencatat pembelian oleh asing senilai Rp3,22 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya, saham PT Prima Andalan Mandiri Tbk. (MCOL), yang IPO baru-baru ini, naik 60 poin atau 2,18 persen ke 2.810 dan mencatatkan penjualan oleh asing senilai Rp233,82 juta.
Kementerian ESDM menyebutkan kenaikan harga acuan batu bara dipengaruhi oleh datangnya musim dingin dan krisis batu bara yang dialami China, sehingga berimbas pada harga batu bara global.
Kenaikan harga juga dipicu oleh lonjakan harga gas alam, sehingga mempengaruhi harga batu bara global. Kebutuhan energi global disebut sebagai imbas dari pemulihan ekonomi di sejumlah belahan dunia.
HBA mengalami reli yang luar biasa sepanjang tahun ini. Dibuka pada level US$75,84 per ton di Januari 2021, HBA mengalami kenaikan pada Februari 2021 US$87,79 per ton dan sempat turun di Maret 2021 senilai US$84,47 per ton.
Selanjutnya, HBA terus mengalami kenaikan secara beruntun mulai April 2021 pada harga US$86,68, Mei 2021 (US$89,74), Juni 2021 (US$100,33), Juli 2021 (US$115,35), Agustus 2021 (US$130,99), September 2021 (US$150,03), dan US$161,63 per metrik ton pada Oktober 2021.