Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tapering yang akan dimulai bulan ini dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja instrumen reksa dana.
Laporan dari Infovesta Utama pada Senin (8/11/2021) menyebutkan, kinerja reksa dana setelah kepastian tapering dinilai masih akan prospektif hingga akhir tahun. Hal tersebut telah terlihat dari dampak tapering yang cenderung terbatas pada pasar modal Indonesia.
Dampak tapering cenderung terbatas terhadap pasar surat utang seiring dengan komunikasi yang baik The Fed terkait rencana pengetatan likuiditas tersebut. Pergerakan yield SBN cenderung stabil di level 6,28 persen, meski nilai tukar rupiah ditutup melemah pekan lalu di atas Rp14,300.
“Walau demikian, indeks acuan obligasi SBN dan korporasi masih tercatat naik terbatas masing-masing sebesar 0,04 persen dan 0,03 persen,” demikian kutipan laporan tersebut.
Beberapa indikator ekonomi yang cukup solid juga mendukung pergerakan pasar surat utang. Kebijakan moneter yang lebih prudent atau cenderung berhati-hati turut mendorong ekonomi tumbuh lebih baik.
Bank Indonesia memberikan dukungannya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi dampak tapering melalui stress test yang dilakukan, triple intervention, skema burden sharing dan kerjasama bilateral mengenai penggunaan mata uang lokal.
Baca Juga
Selain itu, Indonesia juga mencatatkan sejumlah statistik indikator ekonomi yang cukup baik, meskipun rilis data GDP kuartal III/2021 mengalami penurunan (3,51 persen yoy) atau berada di bawah konsensus imbas gelombang kedua pandemi yang menyerang pada kuartal III/2021.
Pasalnya, Indonesia sebagai produsen komoditas energi mendapatkan dampak positif dari krisis energi yang melanda sejumlah negara. Alhasil, neraca dagang tercatat surplus (US$4,37 juta) dengan kenaikan ekspor yang tajam (47,64 persen), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil di level Rp14,300-an, cadangan devisa (US$145,46) dan tingkat inflasi yang masih rendah (1,66 persen yoy). Statistik indikator ekonomi di atas, memberikan gambaran bahwa fundamental ekonomi dalam negeri cukup solid.
“Terlepas dari kondisi di atas, dampak tapering masih akan menekan pasar surat utang meskipun terbatas,” lanjutnya.
Laporan tersebut melanjutkan, tren sell-off investor asing pada instrumen berbasis surat utang yang terjadi sepanjang tahun 2021, tidak begitu menekan kinerja reksa dana pendapatan tetap di tengah kenaikan jumlah investor lokal.
Hal ini tercermin dari kinerja indeks acuan obligasi secara ytd yang mengalami kenaikan, masing-masing SBN 3,90 persen dan korporasi 4,50 persen.
Selanjutnya, reksa dana saham masih didorong oleh sektor konsumsi primer dan perbankan sejalan dengan aktivitas ekonomi yang kembali dibuka. Hanya saja, tren komoditas supercycle sudah mencapai rekor tertingginya seiring dengan intervensi pemerintah China yang mendorong produksi batu-bara di negaranya untuk menekan lonjakan harga komoditas dan keluar dari krisis energi.
“Hal tersebut turut berdampak negatif terhadap kinerja reksa dana saham yang memiliki porsi investasi pada sektor energi,” tutupnya.