Bisnis.com, JAKARTA – Derasnya aliran dana asing (capital inflow) ke pasar saham Indonesia selama beberapa waktu belakangan akan memunculkan dampak positif dan negatif yang perlu diantisipasi.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menyebutkan, aksi beli investor asing di pasar saham Indonesia sejauh ini cukup besar. Ia mengatakan, net buy asing di bursa saham secara year to date (ytd) khusus pasar reguler mendekati Rp39 triliun dan Rp30 triliun termasuk non reguler.
Ia mengatakan, aksi beli asing yang masif selama beberapa waktu terakhir ini akan meningkatkan kepercayaan diri investor dalam negeri. Hal tersebut akan berimbas pada kenaikan likuiditas, peningkatan nilai transaksi harian dan juga harga-harga saham.
“Dana asing yang masuk juga akan meningkatkan kepercayaan diri emiten untuk menggunakan pasar modal sebagai opsi pendanaan baik melalui rights issue bagi emiten eksisting atau IPO bagi perusahaan yang belum listing,” jelasnya saat dihubungi pada Jumat (22/10/2021)
Ia melanjutkan, langkah rights issue maupun IPO menandakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berada dalam fase ekspansi. Langkah tersebut akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara agregat atau dari sisi produk domestik bruto (PDB).
Alfred menerangkan, masifnya pendanaan di pasar modal menjadi mementum yang tepat ditengah masih belum agresifnya pendanaan di sektor perbankan. Namun dengan pendanaan di pasar modal seperti rights issue atau IPO, ke depannya akan mendorong perbankan lebih percaya diri untuk menyalurkan kreditnya bagi emiten.
Baca Juga
“Karena aksi rights issue atau IPO otomatis memperbaikan struktur modal atau neraca sehingga menurunkan risiko emiten,” imbuh Alfred.
Di sisi lain, masuknya dana asing dalam jumlah yang cukup besar juga memunculkan sejumlah kekhawatiran. Salah satu hal utama yang perlu diantisipasi adalah risiko profit taking investor asing yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa arus inflow asing di pasar saham adalah hot money yang sewaktu-waktu bisa saja keluar dengan cepat,” lanjutnya.
Selain itu, ketidakpastian juga masih berpotensi muncul dari isu pandemi virus corona dan tapering The Fed. Meski saat ini sentimen tersebut tengah menurun, menurutnya kedua isu tersebut masih berpeluang menekan kondisi pasar.
Lonjakan harga komoditas yang bisa dilihat menjadi katalis positif juga dapat memunculkan kekhawatiran dari pelaku pasar terkait dampaknya terhadap inflasi dan juga krisis energi yang akan mengganggu pertumbuhan.
Sejumlah sentimen lain yang masih berpotensi menekan kondisi pasar saham Indonesia adalah permasalahan geopolitik yang sewaktu-waktu bisa muncul baik isu lama seperti perang dagang, maupun konflik baru, dan potensi gagal bayar negara karena tekanan dari pandemi Covid-19.