Bisnis.com, JAKARTA — Krisis pasokan listrik dari pembangkit bertenaga batu bara di China mendorong impor batu bara ke dari Indonesia mencapai rekor tertinggi.
Berdasarkan data bea cukai China, kargo yang membawa batu bara brown, thermal, dan coking dari Indonesia menembus 21 juta ton pada September, melejit dari capaian impor 17 juta ton pada Agustus dan menyumbang 2/3 total impor ke China.
Pembeli dari China terpaksa menyetop dan mengganti pasokan dari produsen lainnya lantaran hubungan politik dengan Australia yang memanas membuat ekspor bahan bakar listrik ini dilarang.
Adapun, harapan bahwa Mongolia bisa memberi lebih banyak pasokan batu bara harus pupus karena pandemi Covid-19 membuat kargo yang mengarah ke China terbatas, tak sampai 1 juta ton.
Harga acuan batu bara Indonesia mencapao rekor, terdorong oleh tingginya permintaan sejak Juni, ketika Beijing sepakat untuk meningkatkan impor setelah gagal melakukan percobaan pencegahan krisis listrik yang saat ini menjerat nefara tersebut.
Pada akhir tahun lalu, China membuat kesepakatan selama tiga tahun dengan tambang batu bara Indonesia senilai US$1,5 miliar seiring dengan Beijing yang tengah mencari pengganti pasokan dari Australia.
Baca Juga
Indonesia sendiri menyediakan pasokan batu bara coklat dengan kualitas rendah, yang punya kelebiham dari sisi harga tapi punya kekurangan dari segi efisiensi dan dampaknya pada lingkungan dan iklim
Analis Bloomberg Intelligence Michelle Leung mengatakan, Indonesia harus mengirim lebih banyak pasokan ke China melihat permintaan dari negara lain seperti India sedang melemah.
Namun, pasokannya masih rentan terhadap berbagai rintangan. Dalam beberapa bulan belakangan saja, Pemerintah Indonesua sudah meminta produsen untuk memprioritaskan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Adapun, aktivitas pertambangan juga tervatas karena banjir dan pandemi
Trader menyebutkan harga salah satu jenis batu bara kualitas rendah Indonesia mencapai US$160 - US$170 per ton pada pekan ini. Jumlah tersebut naik dari harga US$110 - US$120 per ton pada awal bulan. Pasokan dari Indonesia tetap ketat karena adanya gangguan cuaca dan penjual sendiri masih memenuhi komitmen sebelumnya dengan para pembeli.