Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global kembali melanjutkan kenaikan dengan adanya krisis energi yang melanda pasar menuju musim dingin.
Mengutip data Bloomberg, Senin (18/10/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,77 poin atau 0,94 persen ke US$83,04 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent naik 0,45 poin atau 0,53 persen ke US$85,31 per barel.
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu harga minyak New York sempat menembus US$84 atau naik 3,7 persen dan menetak kenaikan terpanjang sejak 2015.
Penyusutan pasokan batu bara dan gas alam di seluruh Asia dan Eropa membuat permintaan untuk produk minyak terdorong. Hal ini juga menegaskan bahwa ekonomi sudah mulai bangkit sehinga pengetatan di pasar makin signifikan.
Harga minyak sudah reli ke posisi tertingginya sejak Oktober 2014, selain dari sisi permintaan, adanya gangguan produksi di Teluk Meksiko setelah badai Ida dan adanya isu ketidakpastian permintaan setelah penyebaran Covid-19 varian Delta juga jadi pendorong harga.
Permintaan minyak mentah AS dari Asia juga meningkat karena krisis energi membuat harga patokan minyak lainnya, seperti Brent, juga menjadi ikut melonjak.
Baca Juga
“Minyak saat ini dalam kondisi reli spekulatif dan tinggi aksi beli di pasokan harga batu bara dan gas yang menyusut,” kata Vandana Hari, Founder Vanda Insights, dilansir Bloomberg Senin (18/10/2021).
Menurut Hari, kemungkinan adanya tambahan pasokan dari keran lain seperti OPEC+ atau produsen lainnya dikesampingkan dengan pasar fokus pada momentum kenaikan permintaan yang akan mendorong harga minyak.
Melihat kenaikan harga minyak ini, di Indonesia Tim Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange (ICDX) memprediksikan harga minyak akan bergera dalam kisaran US$82,97 – US$84,38 per barel. Sementara itu, level supportnya berada di US$80,84 – US$79,42 per barel.
Adapun, Tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) memprediksikan harga minyak berpotensi naik menguji resisten US$84,20 per barel.
“Harga minyak berpeluang dibeli menguji level resistance US$84,20 selama harga tidak mampu menembus level support US$82,85. Namun, penurunan lebih rendah dari level support tersebut, harga minyak berpeluang dijual menguji level support selanjutnya US$82,55,” tulisnya dalam riset harian.