Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rights Issue Emiten Terus Marak hingga 2022, Ini Sektor yang Ekspansif

Fase ekonomi yang sedang mengalami pemulihan berpotensi menjadi momentum bagi perusahaan untuk ekspansi.
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Tren penerbitan saham baru melalui skema rights issue berpotensi tetap tinggi sampai dengan tahun depan.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan tren rights issue masih akan berlanjut tahun depan. Tetapi dengan asumsi semua pihak bisa menjaga performa dalam pengendalian pandemi Covid-19 yang membuat proses pemulihan ekonomi bisa lebih cepat.

“Ini positioning yang menguntungkan bagi Indonesia. Momentum booming commodity price juga menjadi nilai tambah yang dilihat pasar bagi ekonomi Indonesia yang bertepatan dengan momentum pemulihan ekonomi,” katanya kepada Bisnis, Selasa (12/11/2021).

Alfred menilai emiten-emiten dengan orientasi ekspor berpotensi menerbitkan saham baru pada tahun depan. Pasalnya, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan yang kuat tentu ini menjadi katalis yang bagus bagi emiten tersebut dalam berekspansi. Selain itu juga sektor healthcare, telekomunikasi, dan basic material.

Di sisi lain, lanjutnya, emiten melihat potensi penyerapan di pasar modal semakin kuat sehingga membuat mereka melakukan penerbitan saham. Sejak semester II/2020 sampai saat ini, pasar modal banyak kedatangan investor ritel baru. Terlihat terjadi peningkatan kepemilikan ritel di pasar saham, bahkan likuditas transaksi juga meningkat signifikan sejalan dengan karakteristik investor ritel yang gemar trading.

“Kenaikan harga saham di bursa, pasca keluar dari sentimen Covid menjadi daya pikat yang kuat bagi investor baru, apalagi di tengah rendahnya tingkat suku bunga simpanan. Selain penambahan ritel domestik, hal yang signifikan dilihat adalah aksi beli investor asing. Kondisi ini semakin membuat emiten sangat yakin untuk rights issue,” imbuhnya.

Alfred menambahkan pada fase ekonomi yang sedang mengalami pemulihan berpotensi menjadi momentum bagi perusahaan untuk ekspansi. Maka itu pada fase ini menjadi musim untuk mencari pendanaan bagi perusahaan.

Alfred menilai perusahaan sedang bersiap-siap mengantisipasi pulihnya permintaan. Menurutnya skema rights issue menjadi tren karena pendanaan melalui penerbitan saham tidak memberikan kewajiban bunga seperti pendanaan melalui utang.

“Hal ini akan memberikan keringan bagi perusahaan pasca tekanan pandemi Covid-19 terhadap keuangan perusahan,” katanya.

Lalu, pendanaan malalui penerbitan saham dapat meningkatkan ekuitas perusahaan sehingga langkah ini juga akan memperbaiki posisi struktur permodalan. Dengan cara meningkatkan leverage dan menurunkan resiko kebangkrutan bagi emiten yang memiliki posisi utang tinggi.

“Kondisi perbankan saat ini yang masih berat dalam memberikan kredit. Dan ditambah dengan stimulus atau kemudahan yang diberikan OJK dan BEI semakin membuat emiten memilih penghimpunan pendanaan di pasar modal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper