Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

6 Tips Agar Terhindar dari Saham Pompom Influencer

Dalam melakukan investasi, investor disarankan untuk menggunakan dana lebih atau uang 'nganggur' dan hindari menggunakan uang pinjaman.
Foto multiple exposure layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Galeri Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto multiple exposure layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Galeri Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi pompom saham oleh influencer kadang sulit disadari oleh investor ritel khususnya investor pemula. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari 'jebakan' saham yang dipompom.

Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee menjelaskan pompom saham merupakan istilah dari kegiatan menghasut agar orang membeli saham dengan tujuan tertentu.

“Pompom saham identik dengan saham yang digoreng agar harganya melejit naik sehingga tampak menggiurkan, sama seperti gorengan meski tampak renyah tapi mengandung kolesterol atau risiko,” tuturnya dalam webinar virtual, dikutip Rabu (6/10/2021).

Hans memaparkan beberapa tips untuk investor retail agar tidak terjebak dalam saham pompom influencer.

1. Tetapkan tujuan investasi
Hans berpendapat investor retail harus memiliki tujuan hidup yang dapat diubah menjadi tujuan keuangan, yang nantikan akan menjadi tujuan investasi. Dengan begitu investor tidak terjebak dengan rekomendasi orang atau hanya sekadar ikut-ikutan.

2. Pahami risiko investasi
Perlu diingat setiap investasi memiliki risiko. Investor harus memahami risiko dan profil produk yang akan dipilih. Terlebih, lanjut Hans, investor perlu memahami profil risiko investasi dirinya sendiri.

3. Gunakan dana lebih, hindari pinjaman
Dalam melakukan investasi, investor disarankan untuk menggunakan dana lebih atau uang 'nganggur' dan hindari menggunakan uang pinjaman untuk investasi.

Hans menuturkan, investasi dengan menggunakan uang pinjaman memiliki risiko berlipat ganda apalagi masyarakat menggunakan uang di pinjaman online (pinjol) yang ilegal.

4. Perhatikan legalitas produk dan penjual
Hal yang tak kalah penting ialah mencari tahu soal legalitas produk investasi dan penjualnya (broker). Pastikan keduanya telah mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

5. Lakukan investasi jangka panjang dan berkala
Hans mengatakan investasi jangka panjang memiliki risiko investasi yang lebih rendah. Dia mencontohkan investasi di pasar saham dalam kurun waktu lima biasanya investor akan untung.

6. Batasi nilai investasi dan lakukan diversifikasi
Hindari memasukan uang dalam jumlah banyak dalam satu produk investasi karena sangat berisiko. Hans menyarankan untuk melakukan investasi di beberapa instrumen.

“Investor retail cukup diversifikasi di lima instrumen investasi, tapi jangan semua di saham, ada yang di obligasi, deposito, reksa dana atau instrumen lainnya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yuliana Hema
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper