Bisnis.com, JAKARTA - PT Biofarma (Persero) bertekad terus menekan impor bahan baku produk farmasi 90 persen menjadi 70 persen pada 2024 atau menurunkan ketergantungan hingga 20,54 persen.
Direktur Utama Biofarma Honesti Basyir menjelaskan pada tahap awal, produksi bahan baku obat (BBO) Kimia Farma ditargetkan untuk pasar domestik dalam rangka mengurangi impor BBO. Potensi penurunan impor BBO Nasional sebesar 23,8 persen dapat dicapai apabila BBO yang diproduksi dimanfaatkan secara optimal oleh industri farmasi dalam negeri.
Kapasitas BBO saat ini 15-30 MT/yr, sehingga butuh pengembangan kapasitas baik secara khusus didedikasikan maupun multipurpose mendukung roadmap dan rencana pengembangan produk.
"Tidak murni industri farmasi, ada industri di hulu kimia dasar, dengan dukungan bisa menggunakan produk itu bisa diproduksi bahan baku obat, kami sangat tertinggal, impor tinggi karena kembali selama ini kita tidak mampu bersaing jadi impor lebih murah daripada investasi," paparnya, Kamis (23/9/2021).
Dia menyebut produksi bahan baku obat sangat bergantung pada sinergi antara industri kimia dasar dan farmasi sehingga angka efisiensi impor bahan baku dapat lebih tinggi.
"Industri farmasi tidak sehat, lebih dari 90 persen impor bahan baku, saat pandemi semua negara butuh produk yang sama, sehingga kita harus bangun kompetensi ini, kurangi ketergantungan impor dari bahan baku obat," ujarnya.
Baca Juga
Secara bertahap sejak 2017, sudah ada 10 bahan baku obat yang dapat Biofarma produksi mandiri. Keberadaan holding farmasi pun dibentuk terutama mengurangi impor.
Dia menjelaskan kapasitas terus dibangun hingga 2024 untuk menurunkan ketergantungan impor hingga 20,52 persen, sehingga impor bahan baku farmasi berkisar 70 persen
Secara peta jalan, pada 2021 diharapkan terjadi penurunan ketergantungan impor sebesar 7,94 persen. Selanjutnya pada 2022 turun 9,32 persen, dan pada 2023 turun 12,67 persen dan 3,33 persen.