Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tertahan di Zona Merah Bersama Mayoritas Mata Uang Asia Pasifik

Dari sentimen eksternal, pelaku pasar mencermati komentar dari beberapa pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve) yang mengatakan pengetatan stimulus tidak akan ditunda.
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah mengalami depresiasi pada awal perdagangan hari ini bersama mayoritas mata uang di kawasan Asia Pasifik lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (13/9/2021), mata uang Garuda turun 0,25 persen ke level Rp14.237 per dolar AS.

Tak hanya rupiah, yuan China juga turun 0,08 persen, bhat Thailand turun 0,10 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,18 persen.

Di sisi lain, yen Jepang menguat 0,02 persen dan rupee India naik 0,14 persen.

Pada saat yang sama, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama dunia naik 0,10 persen menjadi 92.680.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dari eksternal pasar mencermati komentar dari beberapa pejabat Bank Sentral AS (Federal Reserve) yang mengatakan pengetatan stimulus tidak akan ditunda hanya karena laporan ketenagakerjaan lebih lemah dari perkiraan pada Agustus.

“Namun, kolega Bowman, Presiden Fed Chicago Charles Evans, mengatakan pada hari Kamis bahwa ekonomi AS belum keluar dari kesulitan, dan bahwa tantangan termasuk rantai pasokan dan kemacetan pasar tenaga kerja, tetap ada,” tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Senin (13/9/2021).

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar tampak masih khawatir PPKM Darurat dan PPKM Level 4 sejak awal Juli bakal berdampak signifikan pada penurunan konsumsi masyarakat dan mandeknya investasi. Kendati demikian, pelonggaran PPKM belakangan ini mulai memperlihatkan perbaikan tren belanja masyarakat secara signifikan.

Selanjutnya kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan di Indonesia dinilai Ibrahim juga masih sangat akomodatif di masa pandemi ini. 

“Intinya koordinasi pemangku kebijakan antara otoritas semakin kuat dengan dilanjutkannya sinergi antara BI dan Pemerintah dalam pembiayaan fiskal. Berbagai kebijakan pendukung di sektor perbankan dan keuangan seperti perpanjangan masa relaksasi restrukturisasi kredit akan membantu dunia usaha dan perbankan dalam menghadapi dampak dari pandemi gelombang kedua ini,” tulis Ibrahim.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dan menguat terbatas hari ini pada rentang Rp14.390 - Rp14.230.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper