Bisnis.com, JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk. berhasil membukukan kenaikan pendapatan pada semester pertama tahun 2021 meskipun dari sisi produksi dan penjualan menurun.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2021, emiten tambang batu bara berkode ADRO tersebut mencatatkan produksi sebanyak 26,49 juta ton atau turun 3 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualannya juga turun ke 25,78 juta ton atau turun 5 persen daru 27,13 juta ton pada tahun lalu.
Kendati mengalami penurunan produksi dan penjualan, pengetatan pasokan di pasar batu bara mendorong berhasil kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode ini.
“Harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan dengan demikian memungkinkan ADRO membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini,” ungkap Sekretaris Perusahaan ADRO Mahardika Putranto dalam paparan publik, Senin (6/9/2021)
Pada semester I/2021, ADRO mencatat pendapatan bersih US$1,56 miliar atau naik 15 persen dari semester I/2020 di US$1,36 miliar.
Baca Juga
Adapun, ADRO menghasilkan EBITDA operasional sebesar US$635 juta dan laba inti sebesar US$330 juta, atau masing-masing naik 36 persen dan 45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Posisi keuangan kami cukup kuat, produksi solid, tahun ini target 52-54 juta ton. Di pasar batu bara kami merupakan price maker, biasehingga penting bagi kami untuk menjaga cash cost kami,” jelasnya.
Untuk menekan cash cost terbesar, yang dikeluarkan untuk biaya tambang dan bahan bakar terbesar. Ke depan, ADRO akan mengurangi penggunaan bahan bakar diesel dan menggunakan listrik dari panel surya.
Ke depan, untuk 2021 ADRO tetap optimistis mencapai target produksi di 52-54 juta ton. Per kuartal III/2021, ADRO juga sudah mendapat tambahan produksi dan penjualan mencapai 13 juta ton.