Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dear Investor, LQ45 Diramal Segera Bullish, BMRI & ASII Jadi Andalan

Saham ASII nampak menunjukkan kegigihannya untuk mempertahankan uptrend.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020)./ ANTARA - Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA – PT Henan Putihrai Sekuritas memperkirakan indeks LQ45 berpotensi tembus level 955 berkat topangan saham berkapitalisasi pasar besar. 

Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan indeks LQ45 masih terkoreksi selama tahun berjalan akibat sebanyak 32 saham emiten masih berada di posisi negatif.

Adapun enam saham yang menjadi pemberat adalah BBCA, BBRI, ASII, CPIN, UNTR, dan BBNI. Masing-masing saham terkoreksi 2,1 persen, 3,78 persen, 9,78 persen, 1,37 persen, 18,4 persen dan 11,48 persen.

“Dari sampel sederhana di atas kita bisa simpulkan bahwa sektor financial masih mengalami tekanan lebih besar dari sektor lainnya. Artinya kita masih berjuang dengan pemulihan ekonomi,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (3/9/2021).

Selain itu, kejelasan jadwal tapering oleh bank sentral AS, The Fed mengancam kepada para bank untuk terpaksa menaikkan suku bunga acuan. Meski demikian Liza meyakini LQ45 masih bisa rebound hingga level 955.

Menurutnya secara teknikal LQ45 mempunyai potensi bullish setelah minggu ini. Indeks mulai mematahkan pola downtrend falling wedge. Hal itu membuka potensi penguatan menuju target-target berikut 890, ke 920, dan 955.

“Dengan demikian, para investor dan trader bisa mulai menambah posisi pembelian pada portfolio LQ45 masing-masing. Support LQ45 jangka pendek 860,” katanya.

Liza merekomendasikan saham-saham finansial yang baru break out hari ini dari pola konsolidasinya. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif kepada sektor finansial seperti memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan selama satu tahun dari 31 Maret 2022 menjadi 31 Maret 2023.

Saham pilihan Liza adalah BMRI dengan target Rp6.550 sampai dengan Rp6.650. Adapun stop loss berada pada level Rp5.900. Menurutnya dibandingkan dua bank BBCA dan BBRI, saham BMRI termasuk yang valuasinya lebih murah secara PE dan PBV.

PBV dan PE BMRI terpantau di level 1,5 kali dan 11 kali sedangkan BBCA 4,3 kali dan 28 kali. Adapun BBRI berada di posisi 2,4 kali dan 19 kali.

“Kami perkirakan selepas September sektor perbankan akan lebih jelas pergerakannya menyusul FOMC meeting sekitar tanggal 21-22 September,” katanya.

Dia menambahkan isu tapering kali ini lebih jelas dibandingkan dengan 2013. Bank sentral AS, lanjutnya, juga memilih kebijakan yang tidak begitu agresif dengan mempertahankan suku bunga rendah.

Selain sektor finansial, Liza juga merekomendasikan ASII yang mulai menunjukkan kegigihannya untuk mempertahankan uptrend. Dia menambahkan dalam jangka pendek ASII mempunyai peluang target di Rp5.700. Chart jangka pendek ASII sejak awal Agustus menunjukkan posisi dan urutan moving average 10, 20, dan 50 hari.

“ASII, rekomendasi beli dengan target Rp5.700 dan stop loss Rp5.125,” pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper