Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPEC+ Lanjutkan Penambahan Produksi, Harga Minyak Kian Mendingin

Harga minyak WTI kemungkinan akan tetap diperdagangkan pada kisaran US$60 per barel dan akan kesulitan menembus kisaran US$70 per barel.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali terkoreksi seiring dengan rencana OPEC+ yang akan tetap melanjutkan penambahan output harian.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (2/9/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2021 tergelincir 0,4 persen ke level US$68,29 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent juga terkoreksi 0,3 persen ke level US$71,35 per barel di ICE Futures Europe.

Koreksi harga minyak dunia dipicu oleh rencana OPEC+ yang akan melanjutkan penembahan output minyak harian sebanyak 400 ribu barel untuk Oktober. Keputusan ini dicapai setelah pertemuan antarmenteri negara-negara anggota OPEC dan sekutunya.

Harga minyak mentah dunia telah menguat 40 persen pada tahun ini seiring dengan pemulihan konsumsi dari pengaruh pandemi virus corona. Sebagian besar dari reli harga tersebut terjadi pada paruh pertama tahun ini.

Seiring dengan pemulihan tersebut, OPEC+ mulai memompa kembali pasokan minyak dunia yang tertahan tahun lalu akibat krisis kesehatan global.

Will Sungchil Yun, Senior Commodities Analyst di VI Investment Corp mengatakan, harga minyak terkoreksi akibat keputusan OPEC+ yang melanjutkan kebijakan penambahan output minyak dunia. Di sisi lain, pasar tengah memperhatikan dampak dari penyebaran varian delta virus corona terhadap permintaan emas hitam tersebut.

“Harga minyak WTI kemungkinan akan tetap diperdagangkan pada kisaran US$60 per barel dan akan kesulitan menembus kisaran US$70 per barel,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, keterbatasan pasokan pada pasar minyak juga mulai terlihat setelah AS melaporkan penurunan jumlah cadangan minyak mentah sebesar 7,2 juta barel pada pekan lalu. Penurunan ini membawa jumlah cadangan minyak Negeri Paman Sam ke posisi terendah dalam hampir 2 tahun terakhir.

Pelaku pasar juga tengah mencerna upaya AS dalam memulai kembali proses produksi minyak setelah Badai Ida menghantam wilayah Louisiana akhir pekan lalu. Laporan dari IHS Markit menyebutkan, sebagian besar fasilitas pemrosesan minyak tidak mengalami kerusakan yang signifikan akibat Badai Ida.

“Fasilitas-fasilitas ini diperkirakan kembali beroperasi penuh dalam tiga pekan mendatang,” demikian kutipan laporan IHS Markit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper