Bisnis.com, JAKARTA - Investor saham kawakan Lo Kheng Hong menceritakan pengalaman paling berkesan saat memiliki saham PT Indika Energy Resources Tbk. Beli saham INDY di harga Rp100-an dan jual Rp4.000-an.
"Ketika saya membeli harganya hanya Rp100-an tahun 2016. Padahal waktu itu nilai buku per sahamnya Rp1.600. Waduh, itu murah sekali, lho!," ujar Lo Kheng Hong seperti dikutip dari Instagram Founder Hungry Stocks Lukas Setiaatmaja @lukas_setiaatmaja, Sabtu (21/8/2021).
Selain harga buku yang murah, pria yang dijuluki Warren Buffet Indonesia tersebut mengungkapkan alasan dirinya memilih saham INDY. Menurutnya, Indika Energy merupakan pemilik tambang batu bara terbesar nomor tiga di Indonesia.
Posisi Indika Energy berada di bawah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). Apalagi, dia menuturkan saat itu kapasitas produksi batu bara INDY mencapai 30 juta ton.
"Nilai buku per sahamnya Rp1.600, harga sahamnya bisa Rp100-an. Itu betul-betul salah harga, undervalue. Jadi saya membelinya," ujarnya.
Pak Lo, sapaan akrabnya, langsung mengontak pialang saham kepercayaannya untuk membeli saham INDY. Anehnya, kata Lo Kheng Hong, pialang yang juga menjabat sebagai direktur tersebut justru menyarankan dia agar tidak membeli saham Indika Energy. Menurut sang pialang saham, lanjutnya, saham tambang batu bara memiliki masa depan yang suram.
Namun, Lo Kheng Hong tetap ngotot membeli saham INDY. Dia pun terus menerus membeli saham tersebut hingga akhirnya menjadi pemilik saham terbesar di perusahaan tersebut.
Secara kebetulan, Pak lo mengatakan saat itu dia sedang berada di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Seperti diketahui, Omaha merupakan kota kelahiran Warren Buffet.
"Kebetulan saya membelinya ketika saya di Omaha, kotanya Warren Buffet. Saya order di sini jam 9 pagi, di sana [Omaha] jam 9 malam. jadi saya order belinya melalui Wi-Fi. Wah, saya senang banget saya bisa telepon pialang saya 3 jam gak bayar. Saya beli terus, saya beli hingga saya jadi pemegang saham nomor 4 terbesar di Indika Energy," ucapnya.
Setelah beberapa tahun mengantongi saham INDY, dia becerita secara tiba-tiba harga batu bara yang tadinya US$50 kembali meroket hingga ke US$100.
Hal tersebut membuat harga saham Indika Energy melonjak naik dari Rp100-an per lembar saham jadi Rp4500-an per lembar saham. Lo Kheng Hong pun cuan banyak dari saham INDY.
Kesabaran dan ketekunan Lo Kheng Hong menggenggam saham INDY pun berbuah manis. Dia pun menjual kepemilikan saham di Indika Energy saat harganya berada di pucuk atau posisi tertinggi.
"Ketika sudah Rp4000-an lebih saya jual. Saya pakai handphone yang nilainya Rp200 ribu. Saya jual terus, sampai saya berhenti jual itu ketika di jakarta gempa bumi dan yang lari saya duluan. Takut saya gempa bumi. Saya dapat keuntungan yang besar dan itu dua tahun, dari Rp100-an jadi Rp4000-an lebih harga sahamnya. Kira-kira itu saham yang berkesan buat saya," imbuh Lo Kheng Hong.