Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah pada awal perdagangan Kamis (29/7/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka terdepresiasi di level 14.490 kemudian terus melemah ke level Rp14.495. Adapun kemarin rupiah ditutup menguat tipis ke level Rp14.487, sedangkan sepanjang tahun berjalan rupiah telah melemah 3,17 persen.
Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau menguat pada pagi ini. Won Korea Selatan memimpin dengan penguatan 0,30 persen, diikuti ringgit Malaysia yang naik 0,16 persen, serta dolar Taiwan dan rupee India yang sama-sama naik 0,12 persen.
Sementara itu, di saat yang sama indeks dolar di pasar spot tengah melemah 0,11 persen ke level 92,21.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dari eksternal pelaku pasar menantikan pengumuman kebijakan dari Bank Sentral AS (Federal Reserve) saat kekhawatiran hubungan AS-China mengemuka lagi membuat dolar AS menguat.
“Di sisi data, data yang dirilis pada hari Selasa mengatakan indeks kepercayaan konsumen Conference Board (CB) AS untuk Juli adalah 129,1 atau level tertinggi dalam 17 bulan. Angka tersebut menunjukkan bahwa rencana pengeluaran rumah tangga meningkat bahkan di tengah tekanan inflasi, menunjukkan ekonomi AS mempertahankan pertumbuhan yang kuat saat kuartal ketiga berlangsung,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu (28/7/2021).
Pada saat bersamaan, Dana Moneter Internasional (IMF) mempertahankan perkiraan pertumbuhan global 6 persen untuk 2021 dan meningkatkan prospek pertumbuhan untuk AS dan ekonomi lainnya. Di sisi lain, IMF memangkas prediksinya untuk negara-negara lain yang menghadapi lonjakan jumlah kasus Covid-19 yang melibatkan varian delta.
Dari dalam negeri, Ibrahim menunjukkan pelaku pasar masih mencermati perkembangan pandemi Covid-19. Data resmi pemerintah menyatakan ada 2.069 orang meninggal akibat Covid-19 dalam sehari pada Selasa (27/7/2021). Jumlah itu hampir mencapai sepertiga dari kasus kematian dunia akibat Covid-19.
“Varian Covid-19 memang diprediksi akan terus bermunculan selagi penyebaran virus belum bisa dikendalikan di masyarakat. Sehingga penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi Covid-19, jadi kunci penting di tengah kondisi sekarang ini,” tulis Ibrahim.
Sementara itu, WHO mengumumkan prediksi terbaru tentang kapan pandemi Covid-19 berakhir. WHO melihat pandemi belum akan berakhir setidaknya hingga pertengahan 2022 mendatang. Proyeksi ini dipicu oleh rendahnya angka vaksinasi di seluruh dunia.