Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bakal IPO dengan Harga Penawaran Rp750, Saham Bukalapak (BUKA) Dinilai Masih Murah

Bukalapak mengumumkan jadwal sementara masa penawaran umum perdana saham pada periode 28 Juli – 30 Juli 2021 dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan rencana bisnsi perusahaan dalam acara Penawaran Umum Perdana Saham PT Bukalapak.com Tbk., Jumat (9/7/2021)./ Bisnis-Ika Fatma Ramadhansari
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan rencana bisnsi perusahaan dalam acara Penawaran Umum Perdana Saham PT Bukalapak.com Tbk., Jumat (9/7/2021)./ Bisnis-Ika Fatma Ramadhansari

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukalapak Tbk. resmi mengumumkan rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Analis menilai harga penawaran saham Bukalapak masih murah dibanding saham emiten teknologi lainnya.

Seperti diketahui, pada Jumat (9/7/2021), Bukalapak mengumumkan jadwal sementara masa penawaran umum perdana saham pada periode 28 Juli – 30 Juli 2021 dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021.

Calon emiten yang bakal menyandang ticker BUKA tersebut akan menawarkan sebanyak-banyaknya 25.765.504.851 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 50 per saham. Adapun kisaran harga IPO dibanderol dengan harga Rp 750 hingga Rp 850 per saham.

Alhasil, potensi dana yang dapat diperoleh oleh Bukalapak dari aksi IPO tersebut sebesar Rp19,3 triliun hingga Rp21,9 triliun.

Analis Bisnis Indonesia Resources Center Edo Ardiansyah dan Dyah Ayu Kartika dalam risetnya mengatakan, harga penawaran saham Bukalapak tergolong murah dibandingkan dengan emiten teknologi lain yang sudah lebih dulu melantai.

Edo menuturkan dalam laporan laba rugi selama 3 tahun terakhir perusahaan e-commerce tersebut memang masih mencatat kerugian. Namun, perseroan mampu menekan rugi sehingga dari tahun ke tahun jumlah kerugiannya berkurang.

Sebagai gambaran, Bukalapak diketahui masih mengantongi rugi senilai Rp 1,34 triliun pada 2020, tapi rugi tersebut menurun hingga 51,75 persen dibandingkan posisi rugi pada 2019 yang mencapai Rp 2,79 triliun.

Di sisi lain, pada periode yang sama pendapatan bersih perseroan berhasil tumbuh 25,55 persen menjadi Rp1,35 triliun. Seiring kenaikan pendapatan bersih, biaya marketing dan penjualan menurun 34,57 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 1,520 triliun.

“Kondisi ini berimbas pada rugi operasi Bukalapak yang menyusut dari 2,841 triliun pada 2019 menjadi Rp 1,838 triliun pada 2020,” tulis Edo dan Dyah dalam riset yang dikutip Bisnis, Selasa (13/7/2021)

Sementara itu, Bukalapak mencatatkan beban umum dan administrasi Rp1,49 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,26 triliun. Perseroan juga mencatatkan liabilitas sebesar Rp985,82 miliar dan ekuitas Rp1,60 triliun.

Adapun total aset perusahaan terdongkrak menjadi Rp2,59 triliun dibanding tahun 2020 sebesar Rp2,05 triliun.

Alhasil, menggunakan data-data tersebut, berdasarkan perhitungan rasio price to book value (PBV) Bukalapak ada di kisaran 3,7 kali sampai 4,2 kali.

“Ini berarti lebih murah dibandingkan dengan saham teknologi lainnya,” tulis Edo.

Sebagai perbandingan, saham PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI) memiliki PBV sebesar 4,8 kali, PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS) sebesar 12,2 kali, PT Indointernet Tbk (EDGE) sebesar 15,9 kali, dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang PBV-nya melambung hingga 153,2 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper