Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen olahan tembakau, PT Indonesian Tobacco Tbk., optimistis dapat mengantongi kinerja lebih baik pada tahun ini seiring dengan adanya pergeseran preferensi konsumsi rokok.
Presiden Direktur Indonesian Tobacco Djonny Saksono melihat adanya pergeseran preferensi konsumen terhadap produk tembakau iris yang merupakan produk unggulan perseroan karena penerapan tarif cukai hasil tembakau yang lebih tinggi oleh pemerintah.
Selain itu, perseroan melihat adanya peluang untuk memaksimalkan strategi penetapan harga seiring dengan tekanan daya beli konsumen dan kenaikan tarif cukai hasil tembakau.
Oleh karena itu, emiten berkode saham ITIC itu optimistis dapat mencapai target pertumbuhan 10 persen pada tahun ini.
“Kami akan tetap fokus dalam hal menjaga kualitas produk dan efisiensi operasional, dengan mengedepankan sumber daya manusia yang kami miliki, yang merupakan komponen penting dalam hal realisasi pertumbuhan usaha di jangka panjang,” ujar Djonny dikutip dari keterangan resminya, Rabu (30/6/2021).
Adapun, berdasarkan laporan keuangan perseroan, ITIC itu membukukan pendapatan Rp45,8 miliar pada kuartal I/2020. Perolehan itu naik tipis 1,96 persen dibandingkan dengan Rp44,9 miliar pada kuartal I/2020.
Baca Juga
Laba tahun berjalan ITIC juga berhasil naik 8,24 persen menjadi Rp1,94 miliar dibandingkan dengan Rp1,78 miliar pada kuartal I/2020.
Dari itu, perseroan membukukan peningkatan marjin bersih dari 3,9 persen pada kuartal I/2020 menjadi 4,3 persen pada kuartal I/2021.
Djonny menjelaskan bahwa kinerja yang positif itu merupakan hasil dari pertumbuhan penjualan yang baik dengan perluasan market share dan inisiatif manajemen untuk melakukan pengendalian biaya.
Hal itu bertujuan meningkatkan kualitas performa keuangan yang lebih baik dan memperkuat pondasi perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat dan bertahan lebih kuat pasca kondisi pandemi pada tahun-tahun mendatang.
“Pencapaian kinerja ITIC yang makin bertumbuh ini didorong oleh kuatnya permintaan akan produk tembakau ITIC. Perseroan selalu mengedepankan kekuatan market share dan brand awareness-nya,” ujar dia.
Dia menjelaskan bahwa ITIC tetap mempertahankan posisi pangsa pasar yang kuat di wilayah Papua, Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara dan juga perlahan tapi pasti merebut potensi pasar baru di Sumatera dan Maluku di tengah situasi yang menantang akibat pandemi ini.
Dengan kelanjutan program vaksinasi nasional dan paket stimulus untuk meningkatkan pemulihan ekonomi, ITIC berupaya terus berada pada posisi yang baik dengan momentum pertumbuhan yang terjaga dan stabil dengan pengendalian biaya yang kuat sehingga perseroan dapat berhasil memperkuat profil profitabilitasnya.