Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PGN Raih Peringkat Positif dari Moody's, Bagaimana Kinerja PGAS di Tengah Pandemi?

Pada Juni 2020, Moody’s juga memberikan rating yang sama, Baa2. Artinya PGN mampu menjaga performanya di tengah tekanan ekonomi yang kuat dan realisasi penurunan harga gas menjadi USD6 per mmbtu yang memangkas margin perseroan.
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah kondisi ekonomi yang masih menantang karena pandemi Covid-19, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dinilai memiliki kekuatan finansial yang baik. Hal itu tercermin dari peringkat utang perseroan yang semakin positif.

Moody's Investors Service pada Kamis (17/6) lalu merilis peringkat terhadap status emiten berkode PGAS dengan prospek stabil dan peringkat utang senior tanpa jaminan Baa2.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan menilai level peringkat Moody's untuk PGN yang tetap dipertahankan di level Baa2, menunjukkan perseroan mampu mempertahankan posisi keuangan dan likuiditas yang baik.

Pandemi, menurutnya, telah berdampak sangat berat terhadap ekonomi Indonesia, termasuk pada konsumen gas yang menjadi pasar PGN.

"Pada Juni 2020, Moody’s juga memberikan rating yang sama, Baa2. Artinya PGN mampu menjaga performanya di tengah tekanan ekonomi yang kuat dan realisasi penurunan harga gas menjadi USD6 per mmbtu yang memangkas margin perseroan," ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (22/6/2021).

Alfred menuturkan harga gas US$6 menjadi salah satu tantangan utama PGN saat ini. Pasalnya tujuh kelompok industri yang mendapat privilege harga dari pemerintah itu mengkonsumsi 60 - 70 persen dari total penjualan gas PGN.

Akibatnya, katanya, jika program subsidi harga tidak optimal, seharusnya pemerintah melakukan evaluasi.

Menurutnya, dengan program harga US$6 per mmbtu mestinya tujuh sektor itu bisa memberi dampak ekonomi yang lebih besar. Di tengah pandemi saat ini pemerintah butuh lapangan kerja, pajak dan motor pertumbuhan ekonomi dari tujuh sektor penerima subsidi gas itu.

Sebelumnya, Moody's Investors Service merilis peringkat terhadap status PGN dengan prospek stabil dan peringkat utang senior tanpa jaminan Baa2.

"Konfirmasi tersebut mencerminkan profil keuangan PGN yang solid dan likuiditas yang kuat, yang seharusnya mampu menyerap dampak dari penurunan permintaan gas akibat pandemi dan penurunan margin distribusi," kata Vice President and Senior Credit Officer Moody's, Abhishek Tyagi.

Dia menjelaskan, peringkat Baa2 PGN mencerminkan profil kredit standalone (mandiri), dan peningkatan satu tingkat, berdasarkan ekspektasi Moody's bahwa perusahaan akan menerima dukungan dari Pemerintah Indonesia (Baa2 stabil) dan kemungkinan melalui Pertamina pada saat dibutuhkan.

Moody's mengatakan, karena serangkaian intervensi pemerintah untuk menurunkan harga gas untuk beberapa industri, termasuk arahan untuk membatasi harga gas pada US$6 per mmbtu, harga gas PGN juga ikut terpangkas.

Ditambah dengan pertumbuhan permintaan gas yang lemah akibat pandemi, Moody's memperkirakan metrik kredit PGN akan jauh lebih lemah dibandingkan dengan level 2017 - 2019. Namun, metrik tersebut akan tetap berada di atas ambang batas untuk profil kredit mandiri PGN.

Profitabilitas bisnis hulu PGN dinilai Moody's masih akan melemah karena penurunan volume produksi dan pemotongan belanja modal, yang akan menyebabkan penurunan produksi lebih lanjut dari aset produksinya.

Selama 12 hingga 18 bulan ke depan, arus kas ditahan (RCF)/utang PGN kemungkinan akan 15 persen-20 persen dan cakupan bunga sekitar 4,0x - 4,5x. Oleh karena itu, PGN memiliki penyangga keuangan untuk mengelola metrik kreditnya dalam ekspektasi peringkat.

Prospek stabil pada peringkat mencerminkan likuiditas PGN yang kuat dan ekspektasi Moody's bahwa PGN memiliki ruang gerak dalam hal keuangan yang akan mendukung kemampuannya untuk menavigasi melalui kondisi industri yang menantang.

"Moody's berharap PGN dapat mempertahankan posisinya yang strategis dan penting sebagai perusahaan transmisi dan distribusi gas yang dominan di tanah air, dan perannya dalam mengimplementasikan keputusan kebijakan pemerintah Indonesia," jelas Abhisek.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal I/2021 PGN mencatatkan laba bersih sebesar US$61,5 juta atau setara dengan Rp870 miliar. Jumlah itu naik dari periode yang sama tahun lalu US$47,7 juta. Adapun, pendapatan PGN tercatat sebesar US$733,15 juta dan EBITDA sebesar US$191,24 juta.

Sejak Januari hingga Maret 2021, rata-rata penjualan gas bumi perusahaan sebesar 916 BBTUD atau naik sebanyak 7,86 persen di atas target triwulan I/2021.

PGN tercatat memiliki total aset sebesar US$7,52 miliar dan total liabilitas US$4,50 miliar, per 31 Maret 2021. PGN juga memiliki total ekuitas US$3,02 miliar dengan rasio lancar (perbandingan aset lancar dengan liabilitas jangka pendek) sebesar 1,8 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper