Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG dan Bursa Regional Asia Ambles, Simak Penjelasan BEI

Pelemahan indeks juga disebabkan oleh kekhawatiran mengenai kasus positif Covid-19 yang meningkat, kendati bukan faktor utama.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nada hawkish yang dikeluarkan Bank Sentral AS (Federal Reserve) memukul mundur performa indeks saham di kawasan Asia pagi ini, termasuk IHSG.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,90 persen menjadi 5.955 pada pukul 10.31 WIB. Indeks komposit sempat menyentuh titik terendah pada 5.884 pagi ini.

Sebanyak 116 saham menguat, 392 saham melemah, dan 103 saham stagnan. Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia tercatat Rp7.071,39 triliun. Investor asing terpantau melakukan beli bersih atau net buy sekitar Rp13,82 miliar di seluruh pasar.

Tak hanya IHSG, indeks saham utama di kawasan Asia juga terpantau memerah. Indeks Topix di Jepang memimpin pelemahan sebesar 2,5 persen, diikuti indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,2 persen, dan indeks Shanghai Komposit di Shanghai turun 0,2 persen. 

Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menjelaskan pelemahan IHSG dan sejumlah indeks saham regional tersebut disebabkan oleh kekhawatiran investor mengenai pengetatan (tapering off) yang akan dilakukan oleh The Fed.

“Taper tantrum dimulai lagi karena rencana The Fed mau menaikkan suku bunga pada kuartal I/2022,” kata Laksono di Jakarta, Senin (21/6/2021).

Selain itu, Laksono juga mengatakan pelemahan indeks juga disebabkan oleh kekhawatiran mengenai kasus positif Covid-19 yang meningkat, kendati alasan ini bukan yang utama.

Adapun, indeks saham global melemah pada Senin dan yield Treasury AS turun seiring dengan respons investor terhadap nada hawkish The Fed. 

Yield Treasury AS tenor 30 tahun bahkan turun ke bawah 2 persen untuk pertama kalinya sejak Februari, yang mencerminkan kebijakan akomodatif The Fed yang berpotensi dikurangi akan menekan pasar.

Baru-baru ini, pejabat The Fed James Bullard mengatakan risiko inflasi mungkin akan membuat para pembuat kebijakan menaikkan suku bunga tahun depan atau lebih cepat dari rencana.

Saat ini, pasar masih menantikan komentar dari pejabat The Fed yang lain, termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell, untuk mengetahui panduan kebijakan stimulus bank sentral di Negeri Paman Sam tersebut.

Pasalnya, Bullard juga sempat mengatakan bahwa Bank Sentral AS sudah mulai berdiskusi mengenai kebijakan untuk mengurangi pembelian aset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper