Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali bangkit dari titik terendahnya dalam dua minggu lebih pada akhir perdagangan Jumat (4/6/2021).
Kenaikan harga emas terjadi setelah data upah (payrolls) nonpertanian AS tidak naik sebanyak yang diharapkan, meskipun emas mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Maret.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$18,7 atau satu persen, menjadi US$1.892 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (3/6/2021) harga emas berjangka anjlok US$36,6 atau 1,92 persen menjadi US$1.873,30.
Harga emas berjangka menguat US$4,9 atau 0,26 persen menjadi US$1.909,90 pada Rabu (2/6/2021), setelah turun tipis 30 sen atau 0,02 persen menjadi US$1.905 pada Selasa (1/6/2021).
Harga emas terkoreksi sekitar 0,7 persen dalam seminggu, kerugian mingguan pertama dalam lima minggu terakhir.
“Kami melihat reli moderat setelah data penggajian nonpertanian meleset, lebih rendah dari beberapa pengamat pasar yang mencari angka jauh lebih besar dan ketika itu tidak terjadi, pasar emas yang bullish agak menghela nafas,” kata Analis Senior Kitco Metals Jim Wyckoff seperti dilansir Antara, Sabtu (5/6/2021).
Wyckoff menambahkan rebound yang terlihat hari ini membuat tren naik pada grafik harian tetap hidup di pasar emas dan itu mendorong kenaikan.
Data upah nonpertanian AS meningkat 559.000 pada bulan lalu dibandingkan perkiraan 650.000 dalam jajak pendapat Reuters, sementara pesanan baru untuk barang-barang buatan AS turun lebih besar dari yang diperkirakan pada April.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (4/5/2021) bahwa AS hanya menambahkan 559.000 pekerjaan pada Mei, lebih rendah dari yang diharapkan. Sementara itu, tingkat pengangguran turun ke titik terendah pandemi 5,8 persen pada Mei dari 6,1 persen pada April.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun dari level tertinggi tiga minggu, membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan bergerak lebih rendah.
“Bagian dari apa yang kami lihat dalam hal kekuatan pada emas adalah ekspektasi inflasi dan itu sebagian didasarkan pada data ekonomi yang lebih kuat, seperti pertumbuhan lapangan kerja yang lebih tinggi, pemulihan yang lebih luas di AS, sebagian Eropa, dan China masih baik-baik saja,” kata Managing Partner CPM Group Jeffrey Christian.
Baca Juga : Efek Lockdown Malaysia dan Kekeringan Brasil, Harga CPO Parkir di Level Tertinggi Dua Pekan |
---|
Dia menambahkan harga emas mungkin akan terus diperdagangkan antara level US$1.855 dan US$1.920 per ounce. Adapun, emas sering dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 41,9 sen atau 1,52 persen, ditutup pada US$27,896 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 1,9 dolar AS atau 0,16 persen, menjadi US$1.164,40 per ounce.